Jumat, 05 April 2019

MAKALAH BOTANI TAKSONOMI TUMBUHAN


MAKALAH BOTANI
TAKSONOMI TUMBUHAN



Oleh
Kelompok 11 :
Desi Herlina Utami        (1512220003)
Halifah Ariyati               (1512220006)
Laila Kartini                  (1522220037)


Dosen Pembimbing:
Riri Novita, S. M. Si.



PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa saya haturkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabiyullah Muhammad Saw.
Makalah yang berjudul “Taksonomi Tumbuhan” ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Botani pada jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Univeristas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah berperan dan membantu menyelesaikan makalah ini. Diantaranya:
1.    Riri Novita S, M. Si selaku dosen pembimbing
2.    Kepada Orang Tua yang telah memberikan doa, bantuan, dan dorongan baik yang bersifat materil maupun non materil
3.    Kepada teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, kami ucapkan terima kasih banyak. Semoga semua bantuan yang diberikan mendapat pahala disisi Allah Swt.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan. 


                                                                                Palembang, 12 Maret 2016

                                                                                                            Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I   PENDAHULUAN............................................................................ .. 1
1.1    Latar Belakang............................................................................... 1
1.2    Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3    Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
2.1  Definisi Taksonomi Tumbuhan....................................................... 3
2.2 Klasifikasi Taksonomi.................................................................. .. 4
2.2.1 Takson, Kategori dan Konsep-konsep Lain dalam Taksonomi Tumbuhan                      4
2.2.2 Identifikasi dan Sistem Identifikasi .................................. .. 7
2.2.3 Tata Nama Tumbuhan .......................................................... 9
2.2.4 Sistematika Tumbuhan ......................................................... 10
2.3 Tujuan dan Manfaat Klasifikasi...................................................... 11
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 12
3.1    Kesimpulan.................................................................................... 12
3.2    Saran.............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Makhluk hidup yang ada di bumi kita ini sangat banyak sekali jumlahnya, dan selain itu sangat beraneka ragam pula. Sejak manusia lahir di bumi ini, ia telah sadar akan adanya dua fenomena itu, dan semenjak semula manusia telah berusaha untuk memahami kedua gejala itu dan mengungkapkan apakah maknanya.
Kesadaran dan usaha itulah yang akhirnya melahirkan salah satu cabang ilmu biologi yang sekarang disebut taksonomi atau sistematik. Bergantung dari golongan makhluk yang dijadikan obyek studi. Jika obyek studi yang digunakan adalah hewan maka taksonomi atau sistematik hewan, bila obyek studi yang digunakan adalah tumbuhan maka taksonomi atau sistematik tumbuhan.[1]
Taksonomi merupakan ilmu hayat yang memiliki hubungan dengan cabang ilmu yang lain. Ilmu-ilmu tersebut akan berkembang sehingga pusat kepentingan akan berubah bergantung pada arah perkembangan dan kebutuhan terhadap ilmu. Data yang diperoleh dari taksonomi sendiri dapat digunakan untuk mempelajari kekerabatan tumbuhan atau hewan.
Ahli taksonomi tumbuhan mempunyai peranan dan tanggung jawab dalam membantu usaha konservasi jenis, membuat cagar alam dan mencegah punahnya jenis-jenis tumbuhan tertentu. Selain itu seorang ahli taksonomi harus mempunyai pengetahuan tentang morfologi, embriologi, anatomi, sitogenetik dan ilmu sejenis lainnya. Cabang ilmu ini merupakan dasar dari botani, tapi di lain pihak perkembangannya sangat tergantung pada kemajuan cabang-cabang botani lainnya. Data-data yang diungkapkan sebagai hasil penelitian sitologi, genetika, anatomi, ekologi, morfologi, palinologi, palaentologi, fitogeografi, fitokimia dan cabang-cabang botani lain sangat berguna bagi botani sistematika. Akan tetapi ilmu-ilmu itu sendiri tidaklah akan berjalan pesat secara efisien tanpa bantuan botani sistematika.[2]
Dengan adanya taksonomi tumbuhan, manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat melakukan kegiatan dengan mudah dan berimbang. Karena manusia dapat memperoleh spesimen tumbuhan lain yang semarga dan memiliki keunggulan khas serta dapat melestarikan keberadaan tumbuhan yang mulai mengalami kepunahan.

1.2  Rumusan Masalah
Di bumi ini terdapat berbagai macam makhluk hidup baik tumbuhan dan hewan. Klasifikasi   atau  pengelompokkan   dibutuhkan   untuk   mempelajari   keanekaragaman makhluk hidup. Untuk dapat melakukan pengklasifikasian, ada beberapa yang perlu dipahami terlebih dahulu. Pada makalah ini akan dibahas tentang apa itu klasifikasi, tujuan dari klasifikasi, system dan metode pengklasifikasian, serta tingkatan-tingkatan dalam klasiifikasi.

1.3  Tujuan
Tujuan makalah ini adalah :
a.       Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan
b.      Agar mahasiswa dapat menulis nama Ilmiah dengan benar.
c.       Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis, agar mudah dikenal.
d.      Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-cirinya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Taksonomi Tumbuhan
Kata taksonomi berasal dari bahasa Yunani Taxis, yaitu susunan, penyusunan, penataan atau Taxon, yaitu setiap unit yang digunakan dalam klasifikasi obyek biologi dan Nomos, yaitu hukum. Istilah taksonomi diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli taksonomi tumbuhan Perancis tahun 1813, untuk teori klasifikasi tumbuhan sehingga tidak mengherankan bila ada sementara ahli biologi yang memberikan interpretasi taksonomi sebagai teori dan praktek tentang pengklasifikasian makhluk hidup. Sistematik berasal dari kata Latin systema yang berarti cara penyusunan atau cara penataan. Dari uraian di atas wajarlah kiranya bila ada sementara ahli berpendapat bila taksonomi di beri makna yang sama dengan sistematik dan dalam penerapannya taksonomi lalu dijadikan sinonim dengan sistematik.[3]
Namun demikian, ada di antara para ahli ilmu biologi yang berpendapat bahwa taksonomi tidak sepenuhnya sama dengan sistematik. Kedua istilah itu tidak identik satu sama lain. Sistematik adalah ilmu keanekaragaman makhluk hidup. Pendapat ini menganggap sistematik mempunyai cakupan yang lebih luas dari pada taksonomi.[4]
Wettstein mengemukakan, bahwa tugas taksonomi tumbuhan adalah : Pengenalan (identifikasi) tumbuhan, baik yang sekarang ada maupun yang hidup dalam perkembangan bumi dalam masa yang silam dan upaya untuk menggolongkan (mengklasifikasi) dalam suatu sistem, yang di satu pihak sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, yaitu memberikan gambaran hubungan kekerabatan dalam sejarah perkembangan antara tumbuhan yang satu dengan yang lain, dan di lain pihak memenuhi kebutuhan yang praktis yang berupa ikhtisar ringkas dunia tumbuhan.[5]


2.2    Klasifikasi Tumbuhan
Klasifikasi adalah suatu cara yang sistematis dalam mempelajari suatu obyek yang memperlihatkan persamaan dan perbedaan suatu ciri dan sifat yang tampak. Dalam klasifikasi diperlukan metode penamaan , yaitu Binomial Nomenclature, yaitu pemberian nama makhluk hidup dengan dua kata yang dikenalkan oleh Carolus Linnaeus.
Syarat pemberian nama ilmiah yaitu dengan :
a.    Terdiri atas dua kata dalam bahasa Latin atau yang dilatinkan.
b.    Kata pertama merupakan nama genus, huruf pertama harus huruf kapital.
c.    Kata kedua merupakan petunjuk spesies yang ditulis dengan huruf kecil.
d.   Penulisan spesies digarisbawahi atau dicetak miring.
Contoh : Zea mays atau Zea mays.[6]
Kaidah-kaidah klasifikasi yang telah dirintis oleh C. Linnaeus sebagai bapak klasifikasi taksonomik antara lain :
a.       Klasifikasi berdasar ciri-ciri yang ada pada obyek (naturalistic).
b.      Klasifikasi dilakukan menurut kesamaan dan perbedaan ciri yang ada pada obyek.
c.       Klasifikasi taksonomik dijabarkan dalam 7 takson (tataran/hierakhis), meliputi species­­- genus- famili-ordo- kelas- divisi- kingdom.
d.      Nomenklatur untuk takson jenis (species) secara binomial.
e.       Menggunakan bahasa Latin dan cara klasifikasi adalah dikotomis.[7]

2.2.1   Takson, Kategori dan Konsep-Konsep Lain dalam Taksonomi Tumbuhan
a)    Takson dan Kategori
Dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan, bahwa yang dimaksud dengan istilah Takson adalah setiap golongan (unit) taksonomi tingkat yang mana pun. Ada 7 takson yang utama yang berturut-turut dari bawah ke atas disebut dengan istilah : jenis (species), marga (genus), suku (familia), bangsa (ordo), kelas (classis), divisi (divisio), dan dunia (regnum). Istilah tersebut merupaka istilah untuk menunujukkan takson menurut tingkatnya, yang dalam taksonomi disebut pula dengan istilah kategori.[8]
b)   Takson (unit) dalam Taksonomi Tumbuhan
Takson jenis (species) adalah merupakan unit dasar dalam sistem taksonomi tumbuhan. Suatu jenis adalah kelompok populasi alami yang dapat saling mengawini dan secara produktif terasing dari kelompok serupa yang lain.
c)    Tingkat-tingkat takson (kategori) di bawah jenis
Dalam suatu jenis dapat dibedakan beberapa kategori yang berturut-turut disebut dengan istilah: anak jenis (subspecies), varietas (varietas), anak varietas (subvarietas), forma (forma) dan anak forma (subforma).
Pada dasarnya setiap kategori infraspesifik (di bawah tingkat jenis) adalah suatu varian jenis, dalam arti merupakan suatu kelompok dalam populasi jenis yang mempunyai ciri-ciri karena itu dapat dipilah menjadi kelompok yang terpisahkan dari populasi jenis itu.
Dalam kepustakaan mengenai taksonomi tumbuhan untuk konsep anak jenis terdapat beberapa batasan yang menunjukkan adanya beda mengenai pangkal tolak yang dijadikan dasar pemikiran untuk menentukan yang dimaksud didapat dianggap sebagai jenis ukuran kecil yang terpisahkan oleh ciri-ciri yang digunakan untuk menentukan lain-lain jenis dalam marga yang sama, bahwa anak jenis itu merupakan variasi morfologi suatu jenis yang mempunyai daerah distribusi di dalamnya termasuk unsur-unsur dengan ciri-ciri morfologi, geografi  dan ekologi tertentu yang memberikan pembenaran untuk dipisahkan dari sisa populasi dalam suatu jenis.[9]
Varietas merupakan varian morfologi suatu jenis tanpa mengaitkan dengan masalah distribusinya, mempunyai daerah distribusi tertentu dan menempati daerah distribusi yang sama. Istilah forma digunakan untuk menempatkan variasi dalam jenis yang tak begitu penting. Variasi yang dimaksud menyangkut misalnya warna mahkota bunga, warna buah, tanggapan terhadap habitat tertentu. Sementara ahli ilmu tumbuhan berpendapat, bahwa ke dalam suatu forma dapat dimasukkan setiap varian yang kadangkala terjadi dalam populasi suatu jenis tanpa memperhatikan besarnya derajat penyimpangan dan konsistensinya.[10]
d) Tingkat-tingkat takson di atas jenis
Tingkatan takson di atas jenis adalah marga (genus), suku (familia), bangsa (ordo), kelas (classis), divisi (divisio), dan dunia (regnum). Suatu marga terdiri atas jenis-jenis yang satu sama lain menunjukkan kesamaan yang lebih banyak dari pada jenis-jenis yang menjadi komponen marga lain dalam suku yang sama.
Pada umumnya suku terdiri atas anggota-anggota yang berasal dari nenek moyang yang sama, jadi mempunyai warga yang bersifat monofiletik. Suku merupakan suatu kategori yang ukurannya sangat kecil hanya terdiri atas satu marga dan beberapa jenis saja, ada yang sangat besar terdiri atas satu marga dan ratusan jenis atau bahkan lebih besar lagi.
Beberapa  spesies  atau jenis yang berkerabat  dekat dapat  dikelompokkan  ke dalam   takson   Familia   (suku).   Familia   yang   berkerabat   dekat   membentuk   Ordo (bangsa), dan Ordo-ordo yang berkerabat  dekat   dikelompokkan   ke   dalan   Classis (kelas). Kelas-kelas yang berkerabat dikelompokkan ke dalam Phylum (Filum) untuk hewan, pada tumbuhan disebut Divisio atau Divisi. Semua Filum dan atau Divisi yang berkerabat membentuk Kingdom atau kerajaan.  Dengan cara demikian maka terbentuklah tingkatan klasifikasi atau tingkatan takson. Semakin tinggi kedudukan suatu takson maka semakin sedikit persamaan cirri tetapi semakin banyak jumlah anggotanya. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan takson, semakin banyak persamaan ciri, tetapi jumlah anggotanya sedikit.[11]
Satu suku atau lebih dapat memebntuk suatu kategori yang lebih tinggi yaitu bangsa (ordo). Sebagai unit yang lebih besar dari pada suku, suatu bangsa merupakan kategori yang semakin sukar untuk dikenali sebagai unit yang bersifat natural, namun unit klasifikasi tetap memperlihatkan keseragaman dalam sifat-sifat tertentu yang sering kali sangat karakteristik untuk seluruh warga bangsa itu, sehingga bangsa itu kerap kali diberi nama sesuai dengan ciri khas yang dimiliki seluruh warganya.[12]
Kategori yang lebih tinggi daripada bangsa adalah kelas (classis). Suatu kelas terdiri atas sejumlah bangsa, dan karena merupakan takson yang besar lebih sukar lagi untuk dilihat sebagai suatu unit yang bersifat natural. Setingkat lebih tinggi lagi adalah devisi (devisio) yang terdiri atas sejumlah kelas dan seluruh warganya menunjukkan ciri morfologi atau organ yang sama atau mempunyai cara reproduksi yang sama.
Konsep dunia (regnum) digunakan untuk menunjukkan keseluruhan tumbuhan atau keseluruhan hewan yang masing-masing disebut sebagai dunia tumbuhan (regnum plantarum) dan dunia hewan (regnum animale).[13]

2.2.2 Identifikasi dan Sistem Identifikasi
Selain mengadakan penggolongan atau klasifikasi, tugas utama taksonomi lainnya yang penting ialah pengenalan atau identifikasi. Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas suatu tumbuhan, atau menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Untuk istilah identifikasi sering juga digunakan istilah determinasi atau penentuan.  
Setiap orang yang akan mengidentifikasi suatu tumbuhan selalu menghadapi dua kemungkinan :
a)    Tumbuhan yang akan diidentifikasi itu belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, jadi belum ada nama ilmiahnya, juga belum ditentukan tumbuhan tersebut berturut-turut dimasukkan dalam kategori yang mana.
b)   Tumbuhan yang akan diidentifikasi itu sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, sudah ditentukan nama dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi.[14]

(1)      Identifikasi Tumbuhan yang Belum Dikenal oleh Dunia Ilmu Pengetahuan
        Identifikasi tumbuhan selalu didasarkan atas spesimen (bahan) yang riil, baik spesimen yang masih hidup maupun yang telah diawetkan, biasanya dengan cara dikeringkan atau dalam tempat yang berisi cairan pengawet, misalnya alkoholatau formalin. Spesimen yang belum dikenal melaui stud yang seksama kemudian dibuatkan deskripsinya disamping gambar-gambar yang terperinci mengenai bagian-bagian tumbuhan yang memuat ciri-ciri diagnostiknya, yang atas dasar hasil studi kemudian ditetapkan spesimen itu merupakan anggota populasi jenis apa, dan dimasukkan dalam kategori yang mana (marga, suku, bangsa, kelas dan divisi).
(2)      Identifikasi Tumbuhan yang Telah Dikenal oleh Dunia Ilmu Pengetahuan
Untuk identifikasi tumbuhan yang tidak kita kenal, tetapi telah dikenal oleh ilmu pengetahuan, beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
a)      Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seseorang yang diaggap ahli.
b)      Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah diidentifikasi.
c)      Mencocokkan dengan deskripsi dan gambar-gambar yang ada dalam buku-buku flora atau monografi.
d)     Penggunaan kunci identifikasi dalam identifikasi tumbuhan.
e)      Penggunaan lembar identifikasi jenis.[15]

2.2.3   Tata Nama Tumbuhan
Pada mulanya tentu nama yang diberikan kepada tumbuhan itu adalah nama bahasa induk orang yang memberi nama. Dengan demikian satu jenis tumbuhan dapat memepunyai nama yang berbeda-beda sesuai dengan bahasa oang yang memberikannya, dalam taksonomitumbuhan disebut nama biasa. Dengan semakin berkembangnya ilmu taksonomi tumbuhan kemudian dikenal nama ilmiah.
Lahirnya  nama ilmiah disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a)    Beranekaragamnya nama biasa, berarti tidak adanya kemungkinan nama itu diberlakukan secara umum untuk dunia internasional, mengingat adanya perbedaan dalam setiap bahasa yang digunakan sehingga tidak mungkin dimengerti oleh semua bangsa.
b)   Beranekaragamnya nama dalam arti ada yang pendek, ada yang panjang bahkan ada yang panjang sekali. Nama-nama itu diberikan kepada tumbuhan tanpa adanya indikasi nama-nama tadi dimaksud sebagai nama jenis, nama marga, atau nama kategori takson yang lain.
c)    Banyaknya sinonim (dua nama atau lebih) untuk satu macam tumbuhan dan homonim untuk beberapa macam tumbuhan.
d)   Sukarnya untuk diterima oleh dunia internasional, bila salah satu bahasa yang sekarang masih dipakai sehari-hari dipilih sebagai bahasa untuk nama-nama ilmiah.
Sampai sekarang Kode Internasional Tatanama Tumbuhan masih mensyaratkan agar dalam publikasi asli untuk memperkenalkan takson baru bukan hanya nama takson baru yang pertama kali diperkenalkan itu ditulis dalam bahasa Latin tetapi juga deskripsi atau sekurang-kurangnya takson yang bersangkutan pun harus ditulis dalam bahasa Latin.[16]

2.2.4   Sistematika Tumbuhan
  Tumbuhan dibagi menjadi 5 divisi, yaitu :
a)    Tumbuhan Belah (Schizophyta)
Schizophyta berasal dari bahasa latin Schizein (membelah) dan Phyton (tumbuhan). Kelompok ini mempunyai ciri khas, seluruh warganya adalah berkembang biak dengan membelah diri, tubuh hanya terdiri atas sebuah sel saja, protoplas belum teridentifikasi dengan jelas, sehingga tampak nyata.
Tumbuahan belah dibagi dalam 2 kelas, yaitu:
(1)     Bakteri (bacteria atau Schizomycetes)
(2)     Ganggang biru, ganggang belah atau ganggang lendir (Cyaopyceae, Schizophyceae, atau Myxophyceae)

b)   Tumbuhan Talus (Thallophyta)
Divisi ini meliputi tumbuhan dengan cri utama tubuh yang berbentuk talus. Yang disebut talus ialah tubuh tumbuhan yang belum dapat dibedakan dalam 3 bagian utamanya, yaitu akar, batang dan daun. Perkembangbiakkan terjadi dengan cara vegetatif atau aseksual dan generatif atau seksual.

c)    Tumbuhan lumut (Bryophyta)
Semua tumbuhan yang tingkat perkembangannya lebih tinggi dari pada Thallophyta pada umumnya mempunyai warna yang benar-benar hijau, karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang mengandung klorofil-a dan b.
Pada bryophyta alat-alat kelamin yang berupa anteridium dan arkegonium, demikian pula sporangiumnya, selalu terdiri atas banyak sel. Pada semua tumbuhan yang tergolong dalam Bryophyta terdapat kesamaan bentuk dan susunan gametangiumnya.[17]

d)   Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunya kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu, akar, batang dan daun. Bunga belum ada, sporofil kadang-kadang terangkai pada ujung-ujung batang dan cabang. Namun demikian, pada umbuhan paku belum dihasilkan biji. Alat perkembangbiakkan tumbuhan pakuyang utama adalah spora.

e)    Tumbuhan Biji (Spermatophyta)
Tumbuhan biji merupakan golongan tumbuhan dengan tingkat perkembangan filogenetik tertinggi, yang sebagai ciri khasnya ialah adanya suatu organ yang berupa biji. Tubuhnya jelas dapat dibedakan dalam akar, batang dan daun. Daun tergolong dalam tipe makrofil dengan bentuk dan susunan tulang-tulang yang beranekaragam. Akar tumbuha dari kutub akar. Sporofil terangkai sebagai strobilus atau bunga.[18]

2.3 Tujuan dan Manfaat Klasifikasi
Klasifikasi bertujuan untuk mempermudah mengenal objek yang beranekaragam dengan cara mencari persamaan dan perbedaan ciri serta sifat pada objek tersebut. Klasifikasi berguna untuk menunjukan hubungan kekerabatan diantara makhluk hidup. Keuntungan mengklasifikasikan makhluk hidup adalah mempermudah dalam mencari keterangan tentang makhluk hidup yang akan kita pelajari. Selain itu klasifikasi juga memudahkan dalam memberi nama ilmiah kepada individu atau populasi individu.[19]
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keanekaragaman spesies makhluk sangat bervariasi untuk mempelajari begitu banyak dan begitu beragamnya makhluk hidup bukanlah hal yang mudah .Klasifikasi membantu setiap orang dalam mengenal dan mempelajari organisme melalui dasar / kriteria dan hubungan kekerabatan antar organisme
Taksonomi merupakan salah satu cabang ilmu botani yang mempelajari pengelompokan tumbuhan. Urutan Takson dalam Klasifikasi pada Tumbuhan yaitu : Kingdom (Dunia)- Divisio (divisi)- Classis (Kelas)- Ordo (Bangsa)- Familia (Suku)- Genus (Marga)- Species (Spesies).

3.3  Saran
Setiap orang dapat melakukan klasifikasi pada makhluk hidup tetapi untuk melakukan klasifikasi yang benar harus memenuhi dasar – dasar klasifikasi yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Falahudin, Irham dkk. 2014. Biologi Dasar. Palembang : Excellent Publishing Palembang.

Falahudin, Irham. 2015. Panduan Praktikum Biologi Umum. Palembang : Universitas Islam Negeri Raden Fatah.

Islamiatun. 2013. Bintang Kelas : Kuasai Materi Biologi. Yogyakarta : Cabe Rawit.

Mulyani, Sri. 2006. Botani Umum 3. Yogyakarta : Kanisius.

Rifai, M. A. 1976. Sendi-sendi Botani Sistematika. Bogor : Lembaga Biologi Nasional-LIPI.
Susilowarno, Gunawan dkk. 2007. Biologi. Jakarta: PT. Grasindo.


[1] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 149.
[2] M. A. Rifai,  Sendi-sendi Botani Sistematika, (Bogor : 1976), hlm. 76.
[3] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 149.
[4] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 149-150.
[5] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 150.
[6] Islamiatun, S.Pd. Si, Bintang Kelas : Kuasai Materi Biologi, (Yogyakarta : 2013), hlm. 50.
[7] Irham Falahudin, M.Si, Panduan Praktikum Biologi Umum, (Palembang : 2015), hlm. 43.
[8] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 150.
[9] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 151.
[10] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 152.
[11] Gunawan Susilowarno dkk, Biologi, (Jakarta: 2007), hlm. 176.
[12] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 152.
[13] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 153.
[14] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 153.
[15] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 154.
[16] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 155.
[17] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 156.
[18] Irham Falahudin, M.Si dkk, Biologi Dasar, (Palembang: 2014), hlm. 157.
[19] Sri Mulyani, Botani Umum 3, (Yogyakarta: 2006), hlm. 75

Tidak ada komentar:

Posting Komentar