Jumat, 05 April 2019

BOTANI Morfologi dan Anatomi Bunga Tumbuhan


BOTANI
Morfologi dan Anatomi Bunga Tumbuhan
Disusun Oleh:
Kelompok 5
1.        Evi Nurjanah        (1512220005)
2.        Megawati              (1522220039)
3.        Julia Afifah           (1522220035)



Dosen Pembimbing:
Riri Novita S, M.Si




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, hingga bidang-bidang ilmu pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri-sendiri. Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan pun sudah demikian berkembang pesat hingga menjadi morfologi luar atau morfologi saja dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan.
Bunga merupakan organ generatif yang penting dalam kaitannya dengan reproduksi tanaman berbunga (spermatophyta). Ada hal yang mendasar, yaitu biologi bunga. Biologi bunga yang mencakup struktur komponen bunga, kelengkapan komponen serta fungsi masing-masing komponen, menentukan proses pembentukan buah dan biji tanaman. Ketidaknormalan struktur komponen tersebut, baik morfologi, fisiologi maupun genetik, dapat berakibat kurang efektif dan kurang berfungsinya penyerbukan dan pembuahan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana struktur dan bagian-bagian bunga pada tumbuhan?
2.      Apa saja jenis-jenis bunga?
3.      Bagaimana cara penyerbukan bunga?

1.3  Tujuan
      Agar mengetahui struktur bunga, bagian-bagian bunga, macam-macam jenis kelamin bunga, dan cara penyerbukan bunga.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Bunga
Bunga merupakan modifikasi suatu tunas (batang dan daun) yang bentuk, warna, dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan. Oleh karena itu,  bunga ini berfungsi sebagai tempat berlangsungnya penyerbukan dan pembuahan yang akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan maka pada bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan fungsinya sebagai penghasil alat perkembangbiakan, pada umumnya bunga mempunyai warna menarik, berbau harum, bentuknya bermacam-macam, dan biasanya mengandung madu.
Tunas yang mengalami perubahan bentuk menjadi bunga itu biasanya batangnya lalu terhenti pertumbuhannya, merupakan tangkai dan dasar bunga sedangkan daun-daunnya sebagian tetap bersifat seperti daun hanya bentuk dan warnanya berubah dan sebagian lagi mengalami metamorfosis menjadi bagian-bagian yang memainkan peranan dalam peristiwa yang  akhirnya akan menghasilkan calon individu baru.
Bunga merupakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan angiospermae. Bunga dibentuk oleh meristem ujung khusus yang berkembang dari ujung pucuk vegetatif setelah dirangsang oleh faktor – faktor internal dan eksternal untuk keperluan itu. dan fungsinya ialah untuk menghasilkan biji-biji melalui pembiakan.
Berdasarkan jumlah bunga yang terdapat pada tumbuhan dikenal dengan istilah tanaman berbunga tunggal (planta uniflora) dan berbunga banyak (planta multiflora). Bunga tunggal artinya pada satu tangkai bunga (receptaculum) hanya terdapat satu unit bunga. Sebaliknya dikatakan bunga majemuk apabila pada satu tangkai bunga terdapat cukup banyak kuntum bunga. Masing-masing individu bunga dalam bunga majemuk tersebut dinamakan anak bunga (floret). Contoh: coklat (Zephyranthus rosea Lindl) dan kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz). Bunga majemuk membentuk suatu rangkaian bunga yang cukup besar dan bervariasi bentuknya, ada yang bulat, lonjong atau menyerupai kerucut. Tanaman mangga (Mangifera indica L), salak (Salacca zalacca), kelapa (Cocos nucifera), tebu (Saccharum officinarum L) dan sebagainya adalah tanaman berbunga majemuk.
Berdasarkan kelengkapan komponen bunga, Halfacre dan Burden (1979) membagi bunga menjadi dua, yaitu tipe bunga lengkap dan tipe bunga kurang lengkap. Bunga dikatakan lengkap apabila komponen bunga terdiri atas sekurang-kurangnya 4 bagian penting, yaitu kelopak bunga (sepal), mahkota bunga (petal), kepala sari (anthera) dan kepala putik (pistillum). Apabila komponen bunga kurang memiliki kelengkapan tersebut, dinamakan bunga kurang sempurna. Contoh bunga sempurna dalah sawi, lombok, terong, advokat, jeruk dan sebagainya. Sedangkan salak, vanili dan kelapa sawit merupakan jenis tanaman berbunga kurang sempurna. Bunga kurang sempurna atau tidak sempurna ada kalanya tidak memiliki kelamin jantan, dalam hal seperti ini tanaman tersebut dinamakan berbunga betina atau pistillate. Sebaliknya, apabila hanya kelamin jantan yang ada, alat kelamin betina tidak ada, dinamakan tanaman jantan atau staminate.
Di tinjau dari keberadaan alat kelaminnya dibedakan bunga berumah satu (monoecus), berumah dua (dioecus) dan gabungan antaraa monoecus-dioecus yang disebut poligam (polygamus). Padi (Oriza sativa L.), jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu, karena alat kelamin jantan betinanya terdapat pada satu tanaman. Salak (Salacca zalacca), kurma (Phoenix dactylivera), kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman berumah dua, karena dalam satu tanaman ini hanya mempunyai satu alat kelamin jantan atau betina. Dalam hal tanaman pepaya (Carica papaya) mewakili golongan poligam karena tanaman ini mempunyai alat kelamin jantan, alat kelamin betina, atau gabungan jantan-betina dalam satu pohon.

2.2  Struktur bunga
Bentuk, warna, ukuran, dan morfologi bunga adalah macam-macam, tergantung pada jenis maupun spesies tanaman. Namun demikian, pada prinsipnya struktur bunga adalah sama, hanya saja peran fungsinya ataupun kelengkapan komponen bunga adakalanya telah mengalami modifikasi menurut kondisi tanaman itu sendiri.
Pada Angiospermae (Anthophyta), alat kelamin jantan dan betina terdapat dalam bunga, sedangkan pada Gymnospermae kelaminnya terdapat di dalam stobilus. Bunga pada Angiospermae memiliki bagian berupa kelopak bunga, benang sari, dan putik, sedangkan benang sari dan putik merupakan alat kelamin bunga.
a)      Perhiasan bunga
1)      Kelopak bunga
Setiap jenis tanaman mempunyai jumlah daun kelopak bunga yang berbeda-beda, biasanya jumlah tersebut adalah kelipatan 3. Individu daun kelopak bunga ini bersatu padu dalam mendukung duduknya bakal buah pada dasar bunga (whorl). Paduan daun kelopak bunga disebut calyx atau sepalum. Kelopak bunga terletak pada lingkaran luar bunga, umumnya berwarna hijau, dengan demikian dapat membantu penyelenggaraan proses fotosintesis.
2)      Mahkota Bunga
Mahkota bunga disebut juga tajuk bunga (corolla)Mahkota bunga merupakan komponen bunga yang paling menarik, bemacam-macam warnanya. Karena penampilannya yang menarik, mahkota bunga secara tidak langsung dan alami mampu menarik perhatian serangga yang dapat membantu proses penyerbukan. Mahkota bunga juga sebagai pelindung benang sari dan putik, dan sebagai tempat hinggap serangga yang akan menghisap madu. Seperti halnya kelopak bunga, jumlah daun mahkota bunga pun berbeda bagi setiap jenis tanaman. Rangkaian daun mahkota bunga ini disebut petalum. Gabungan antara kelopak dan mahkota bunga disebut perianthium (perhiasan bunga).
3)      Tenda Bunga
 Beberapa bunga memiliki kelopak dan mahkota yang memiliki bentuk bentuk dan warna yang sama, sehingga sukar dibedakan, struktur seperti ini dinamakan tenda bunga. Setiap tenda bunga terdiri dari daun-daun tenda bunga (tepala). Satu daun tenda bunga disebut tepala. Jadi tenda bunga merupakan kumpulan dari daun-daun tenda bunga, dengan kata lain tediri dari banyak daun tenda bunga yang disebut tepalae.
Daun-daun tenda bunga ada yang berlekatan dan ada yang tidak berlekatan. Daun tenda bunga dibedakan menjadi dua, yaitu yang menyerupai kelopak, jika berwarna kehijauan, seperti pada familia Palmae dan yang menyerupai mahkota. Jika berwarna-warni dengan bentuk yang menarik, seperti pada familia Liliacea.
b)      Alat Kelamin Bunga
1)      Benang Sari
Benang sari terdiri dari kepala sari (antera) dan tangkai sari (filamen). Kepala sari terdiri dari dua kotak sari (teka). Tiap-tiap kotak sari terdiri dua kantong sari (lokulus). Dengan demikian, 1 kepala sari memiliki 4 kantong sari. Serbuk sari terbentuk di dalam kantong sari dan jika telah masak, kepala sari pecah dan serbuk sari keluar.
Benang sari pada beberapa jenis bunga tidak sama panjang. Misalnya bunga kemangi (Ocimum basilicum) mempunyai 4 benang sari: 2 benang sari panjang dan dua benag sari pendek.
2)      Putik
Putik terletak pada lingkaran terdalam dari bunga dan dikelilingi oleh benang sari. Bagian-bagian putik adalah kepala putik (stigma), tangkai putik (stilus), dan bakal buah (ovarium). Bakal buah terletak paling dekat dengan dasar bunga (reseptakulum).
Bakal buah berisi satu atau lebih bakal biji (ovulus). Di dalam bakal biji terdapat kandung lembaga yang berisi beberapa sel. Salah satu sel di antara kandung lembaga itu adalah sel telur, yang intinya akan dibuahi oleh inti sperma. Setelah terjadi pembuahan, dinding bakal buah akan menjadi kulit buah, dan bakal biji akan berkembang menjadi biji.
Selain bagian-bagian bunga yang telah dijelaskan, ada bagian lain dari bunga, yaitu daun pelindung atau brakte (bractea). Brakte ada yang berfungsi sebagai penarik perhatian serangga penyerbuk. Misalnya pada bunga bugenvil.

2.3  Jenis-jenis Bunga
Bunga dapat dikelompokkan berdasarkan kelengkapan bagian bunga atau berdasarkan kelengkapan alat kelamin bunga.
a.       Bunga Lengkap
Bunga disebut bunga lengkap jika bunga mempunyai kelopak, mahkota, benang sari, dan putik. Misalnya bung sepatu, cabai, kecubung, mawar, melati, dan jeruk. Bunga lengkap pasti memiliki dua macam alat kelamin. Oleh karena itu disebut dengan bunga berkelamin ganda (biseksual, hermafrodit).
b.      Bunga Tidak Lengkap
Bunga disebut sebagai bunga tidak lengkap jika tidak mempunyai salah satu atau beberapa bagian bunga, baik perhiasan maupun alat kelamin bunga. Bunga tidak lengkap dibedakan menjadi 2 macam:
1)      Perhiasan bunga tidak lengkap, karena tidak memiliki kelopak atau mahkota. Bunga yang tidak memiiki perhiasan bunga disebut dengan bunga gundul.
2)      Alat kelamin tidak lengkap, jika bunga hanya mempunyai salah satu alat kelamin disebut bunga berkelamin tunggal (uniseksual), terdiri dari bunga jantan atau bunga betina. Misalnya bunga pare, waluh, mentimun, dan salak. Jika bunga tidak memiliki alat kelamin disebut bunga mandul (bunga tidak berkelamin), misalnya bunga pita pada bunga matahari.
c.       Bunga Sempurna
Bunga dikatakan bunga sempurna jika mempunyai dua alat kelamin, yaitu benng sari dan putik. Perhiasan bunga berupa kelopak dan mahkota tidak selalu harus ada pada bunga sempurna.

d.      Bunga Tidak Sempurna
Bunga dikatakan sebagai bunga tidak sempurna jika hanya mempunyai salah satu macam alat kelamin, benang sari saja atau putik saja.
           
2.4 Bunga Majemuk
Bila daun majemuk terdiri dari banyak helaian daun dalam stu tangkai bunga, bunga majemuk juga merupakan kumpulan beberapa bunga tunggal dalam satu tangkai bunga.
1)      Struktur bunga majemuk
Struktur bunga majemuk terdiri dari
a.       Bagian – bagian yang tediri dari batang atau cabang
Stuktur ini meliputi ibu tangkai bunga (pedumcellus). Ibu tangkai bunga merupakan terusan batang atau cabang yang mendukung bunga majemuk. Ibu tangkai bunga dapat bercabang, atau sama sekali tidak bercabang. Selain ibu tangkai bunga ada juga tangkai bunga (pedicellus), yaitu tangkai ibu tangkai yang mendukung bunganya. Struktur yang ketiga adalah dasar bunga (receptacellus), yaitu ujung tangkai yang mendukung bagian-bagian bunga lainnya.
b.      Bagian-bagian yang bersifat seperti daun
Struktur ini meliputi daun-daun pelindung (bractea), daun tangkai (bracteola), seludang bunga (spatha), daun-daun pembalut (bractea involocrium), kelopak tambahan (epicalyx), daun-daun kelopak (sepalae), daun-daun mahkota (pertalae), dan daun-daun tenda bunga (tepalae).
Daun-daun pelindung (bractea) adalah struktur serupa daun yang dari ketiaknya muncul cabang-cabang ibu tangkai atau tangkai bunganya.
Daun tangkai (bracteola), yaitu satu atau dua daun kecil yang terdapat pada tangkai yang letaknya tegak lurus pada bidang medium, sedangkan pada tumbuhan Monocotyledonae hanya terdapat satu daun tangkai dan letaknya didalam bidang medium, dibagian atas tangkai bunga.
Daun pelindung (bractea dan  braceale) bisa bervariasi bentuknya mula dari bentuk biasa sebagaimana bentuk daun normal. Bunga majemuk dengan daun-daun pelindung yang mengecil dan berbentuk khas disebut braceale. Bunga majemuk dengan daun tipe braceale dapat ditemukan pada tumbuhan Pedicularis.
Ada juga daun majemuk yang tidak memiliki daun pelindung. Bunga seperti ini disebut ebracteate. Tumbuhan dengan ebracteate dapat ditemukan pada Wisteria sinensis.
Tipe terakhir adalah bunga majemuk yang mempunyai daun-daun pelindung yang sangat besar. Hampir tidak dapat dibedakan dengan daun normal. Tipe seperti ini disebut frondose. Bunga dengan tipe ini dapat ditemukan pada Aristolochia clematitis.
Seludang bunga (spatha) adalah daun pelindung besar, yang sering kali menyelubungi seluruh bunga majemuk waktu belum mekar. Misalnya pada bunga kelapa (Cocus nucifera). Sedangkan daun-daun pembalut (bractea involucrium) adalah sejumlah daun pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran, misalnya pada bunga matahari (Helianthas annusis).
Kelopak tambahan (epicalyx), yaitu bagian-bagian serupa daun yang berwarna hijau. Tersusun dalam suati lingkaran dan terdapat dibawah kelopak, misalnya pada bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), kapas (Gossypium sp), rosela (Hibiscus sabdariffa), waru (Hibiscus tiliaceus).
Daun-daun kelopak merupakan daun-daun penyusun kelopak bunga, biasanya berwarna hijau. Sedangkan daun-daun mahkota atau daun tajuk merupakan daun-daun penyususn mahkota bunga(corolla), biasanya berwarna-warni. Daun-daun tenda bunga  (tepalar) adalah daun-daunpenyusun tenda bunga, jika kelopak dan mahkota bunga tidak dapat dibedakan karena memiliki bentuk dan warna yang sama.
c.       Organ Reproduktif
Seperti hanya dengan bunga tunggal, pada bunga majemuk juga ditemukan organ reproduktif yang terletak pada setiap 1 tangkai bunga penyusun bunga majemuk tersebut. Organ reproduktif itu adalah benang-benang sari dan putik.
2)      Jenis-jenis Bunga Majemuk
Sama seperti daun dan batang, bunga majemuk juga melakukan pertumbuhan. Berdasarkan tipe pertumbuhannya bunga majemuk dibedakan menjadi bunga mejemuk tak terbatas, bunga majemuk terbatas dan majemuk campuran.
a.       Bunga majemuk tak terbatas
Inflorescentia racemosis, Inflorescentia botryoides atau Inflorescentia centri-petala diberikan oleh ibu tangkai yang tumbuh terus, dengan cabang-cabang yang dapat bercabang lagi atau tidak dan mempunyai susunan “acropetal” (semakin muda semakin dekat dengan ibu tangkai). Ciri lainnya adalah jika mekar berturut-turut dari bawah keatas. Jika dilihat dari atas nampak bunga mulai mekar dari pinggir dan yang terakhir mekar adalah bunga yang menutup ibu tangkainya, sehingga dinamakan inflorescentia centri petala. Bunga majemuk tak berbatas dapat dibedakan berdasarkan keadaan ibu tangkai nya. Bila ibu tangkainya tidak bercabang-cabang, maka bunga majemuk dapat berbentuk tandan, bulir, untai, tongkol, payung, cawan, bongkol, atau periuk.
Bunga majemuk tandan, jika tangkai bunga nyata, dengan kata lain satu tangkai bunga mendukung satu bunga saja diujung.
Bunga majemuk berbentuk bulir pada dasarnya mirip seperti bunga majemuk tandan tetapi bunga tidak berangkai. Bunga berbentuk untai seperti bentuk bulir tetapi ibu tangkai hanya mendukung bunga-bunga yang berkelamin tunggal.
 Bunga tongkol berbentuk seperti bulir tetapi ibu tangkai besar, tebal dan seringkali berdaging. Pada bunga tongkol sering terdapat seludang bunga yang indah dan menarik warnanya, yang selain berguna untuk menarik serangga. Juga sebagai perangkap bagi serangga yang mengunjungi bunga ini.
Bunga payung dapat dilihat dari ujung ibu tangkai yang mengeluarkan cabang-cabang yang sama panjangnya. Masing-masing cabang mempunyai suatu daun pelindung pada pangkalnya. Karena pangkal daun sama tinggi letaknya, maka tampak seakan-akan pada pangkal cabang-cabang tadi seperti terdapat daun-daun pembalut.
Bunga cawan merupakan suatu bunga majemuk yang ujung ibu tangkainya lalu melebar dan merata, sehingga mencapai bentuk seperti cawan.
Bunga bongkol merupakan bunga majemuk yang menyerupai bunga cawan, tetapi tanpa daun-daun pembalut, dan ujung ibu tangkai biasanya membengkak, sehingga bunga keseluruhannya berbentuk seperti bola.
Bunga periuk dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu bunga dengan ujung ibu tangkai menebal, berdaging, mempunyai bentuk seperti gada. Sedangkan bunga-bunganya terdapat meliputi seluruh bagian yang menebal tadi, sehingga tercapai bentuk bulat atau silinder. Bentuk kedua dari bunga periuk adalah jika ujung ibu tangkai menebal, berdaging, membentuk badan yang menyerupai periuk, sehingga bunga-bunga yang semestinya terletak padanya lalu terdapat didalam periuk tadi.
Bunga majemuk tak terbatas yng memiliki ibu tangkai yang bercabang-cabang, dapat dibedakan menjadi bunga malai, malai rata, payung majemuk, tongkol majemuk, dan bulir majemuk.
Bunga berbentuk malai, jika ibu tangkainya mengadakan percabangan secara monopodial, demikian pula cabang-cabangnya sehingga suatu mulai dapat disamakan dengan suatu tandan majemuk. Secara keseluruhan seringkali memperlihatkan bentuk sebagai kerucut atau limas.

b.      Bunga majemuk berbatas
Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa) dicirikan dengan ujung ibu tangkai yang selalu ditutup dengan suatu bunga, sehingga ibu tangkainya mempunyai pertumbuhan yang terbatas.
Ibu tangkai ini dapat  bercabang-cabang, dan cabang-cabang seperti ibu tangkainya juga selalu mendukung suatu bunga pada ujungnya. Bunga yang mekar terlebih dulu ialah bunga yang terdapat disumbu pokok atau ibu tangkainya, jadi dari tengah kepinggir (jika dilihat dari atas), oleh sebab itu dinamakan inflorescentia centrifaga.
Melihat jumlah cabang pada ibu tangkai bunganya, bunga majemuk berbatas ini dibedakan lagi dalam  tiga tipe. Setiap tipe dicirikan oleh keadeaan cabang-cabang ibu tangkai bunganya. Ketiga tipe tersebut adalah bunga majemuk berbatas yang bersifat monochasial, dischasial, dan pleiochasial.
Pada bunga yang bersifat monochasial, ibu tangkainya hanya mempunyai satu cabang, walaupun ada juga yang lebih. Pada bunga yang bersifat dischasial, dari ibu tangkai keluar dua cabang yang berhadapan. Biasanya terdapat pula tumbuhan dengan bunga berbibir dari familia Labiatae. Sedangkan pada bunga yang bersifat pleiochasial, dari ibu tangkai keluar lebih dari dua cabang pada suatu tempat yang sama tingginya pada ibu tangkai tadi.
c.       Bunga majemuk campuran
Bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta), yaitu bunga majemuk yang memperlihatkan baik sifat-sifat bunga majemuk berbatas maupun tak berbatas.

2.5 Mikrosporagenesis dan Megagametogenesis
Sel pertama dari generasi gametofit betina pada tumbuhan biji disebut megaspora, sedangkan gametofit jantan disebut mikrospora. Sebelum terjadi proses penyerbukan dan pembuahan masing-masing alat kelamin jantan dan betina mengalami perubahan sifat, baik morfologi maupun sifat baka (genetik). Setelah perubahan tersebut berakhir, dapat dikatakan bahwa kedua alat kelamin jantan dan betina telah siap secara fisiologis untuk mengadakan penggabungan. Proses perubahan sifat yang terjadi pada bagian alat kelamin bunga jantan disebut mikrosporagenesis dan megagametogenesis pada alat kelamin betina. Kedua proses tersebut terjadi pada Angiospermae dan Gymnospermae.
a)      Mikrosporagenesis
Kepala sari mempunyai dua ruang yang masing-masing ruang terdiri atas dua kotak spora. Dengan demikian terdapat 4 kotak spora (microsporangia). Di dalam mikrospora ini terdapat banyak sekali sel tepung sari, namun hanya beberapa sel tertentu saja yang berfungsi. Sel tersebut sebagai sel induk. Sel induk spora ini mengalami pembelahan reduksi menjadi dua dan selanjutnya (masing-masing) membelah ganda. Dengan cara ini mengubah jumlah spora menjadi 4 atau yang disebut dalam bentuk tetrad. Masing-masing mikrospora tersebut bersifat haploid (1 N). Selanjutnya, setiap mikrospora membelah diri dan terbentuklah mikrogametofyta atau yang lebih dikenal dengan tepung sari (pollen). Dalam tingkat terakhir ini tepung sari sudah masak secara fisiologi dan siap untuk mengadakan persarian, yang ditandai dengan terbukanya lubang kepala sari (theca), hingga tepung sari mudah terhambur.
b)      Megagametogenesis
Pada bunga betina, kantung embrio merupakan komponen yang berperan dalam proses pembentukan biji/buah. Pada bagian luar kantung embrio ini terdapat lapisan sel atau sel pembungkus yang melindungi kantung embrio. Lapisan tersebut dinamakan lapisan pembungkus (integumentum). Dalam lapisan integumentum terdapat selapis sel yang disebut nuselus, yaitu suatu lapisan sel yang pada suatu saat dapat bersifat meristematik. Sel nuselus ini merupakan asal inisiasi proses megagametogenesis. Sel meristematik tersebut dinamakan sel archespora. Sel ini tumbuh membesar dan terlihat sangat berbeda dengan sel-sel yang ada disekitarnya.


2.6 Penyerbukan Bunga
Penyerbukan pada Angiospermae (tumbuhan biji tertutup) adalah peristiwa menempelnya serbuk sari di kepala putik. Penyerbukan pada Gymnospermae (biji terbuka) adalah peristiwa menempelnnya serbuk sari pada mikropil (liang bakal biji). Serbuk sari dapat mencapai kepala putik dengan perantara atau vektor penyerbukan.
Di tinjau dari sifat penyerbukannya, tumbuhan dapat menyerbuk sendiri (autogamy; selfing), menyerbuk tetangga (geitonogamy), menyerbuk silang (allogamy; crossing) dan menyerbuk bastar (hybridogamy). Tanaman dikatakn meyerbuk sendiri apabila tepung sari yang hinggap pada kepala putik berasal dari bunga itu sendiri. Kejadian ini merupakan hal biasa pada tanaman berbunga sempurna. Tanaman dikatakan menyerbuk tetangga apabil tepung sari yang mendarat pada kepala putik berasal dari tanaman sendiri. Dinalain yang sejenis. Sedangkn bila pada penyerbukan melibatkan tepung sari dari tanaman yang berbeda jenis maka dinamakan penyerbukan bastar. Penyerbukan bastar terjadi apabila sekurang-kurangnya antara kedua induk mempunyai satu sifat beda.
Adakalanya dalam kaasus tanaman menyerbuk sendiri terjadi pada saat bunga belum membuka sempurna. Hal inilah yang menimbulkan kesulitan dalam peristiwa persilangan. Kejadian tersebut dinamakan kleistogami, misalnya pada tanaman ceplukan (Physalis angulata L.) dan kacang polong (leguminosa).
 Penyerbukan dapat dibedakan berdasarkan  macam perantaranya dan berdasarkan asal serbuk sari yang jatuh di kepala putik.
a.       Penyerbukan Berdasarkan Macam Perantaranya
1)      Penyerbukan dengan perantara angin (anemofili)
Ciri-ciri tumbuhan yang melakukan penyerbukan dengan perantara angin adalah jumlah serbuk sarinya banyak, ringan, kecil, lembut, kering, dan tidak berlekatan sehingga mudah diterbangkan angin. Putiknya tidak tersembunyi dan panjang, kepala putik berbentuk seperti bulu ayam atau benang. Bunga sering kali tidak mempunyai perhiasan bunga, yaitu kelopak dan mahkota, atau memilikinya tetapi tereduksi (mengecil). Tempat bunga tidak tersembunyi dan warna bunga tidak menarik. Penyerbukan demikian misalnya pada tumbuhan kelapa dan jagung.
2)      Penyerbukan dengan perantara air (hidrofil)
Penyerbukan dengan cara ini hanya mungkin terjadi pada tumbuhan yang hidup di air, baik yang hidup di air tawar maupun air laut. Contohnya pada tumbuhan Hydrilla verticillata.
3)      Penyerbukan dengan perantara hewan (zoodiofili)
Penyerbukan dengan perantara hewan umumnya terjadi dengan bantuan serangga, burung, kelelawar, dan siput.
a)      Penyerbukan dengan perantara serangga (entomofili)
Serbuk sarinya berlendir, agar mudah melekat di tubuh serangga. Bunganya warna-warni untuk menarik serangga. Baunya harum, terdapat kelenjar madu di dalamnya. Putiknya tersembunyi dan berlendir. Kupu-kupu (Lepidoptera),  lebah (Hymenoptera), kumbang (Coleoptera), dan lalat (Diptera) akan datang menghisap madu dan serbuk sari akan menempel di tubuhnya. Ketika serangga tersebut hinggap di bunga lain yang sejenis, maka terjadilah penyerbukan.
b)      Penyerbukan dengan perantara burung (ornitofili)
Burung pun dapat menjadi perantara dalam penyerbukan. Misalnya kutilang, cucak rawa, dan burung pengisap madu. Tumbuhan yang sering kali dikunjungi burung misalnya pohon dadap dan pohon randu hutan.
c)      Penyerbukan dengan perantara kelelawar (kiropterofili)
Hewan ini menjadi perantara penyerbukan terutama untuk pohon yang bunganya mekar pada sore atau malam hari.
d)     Penyerbukan dengan perantara siput (malakofili)
Siput dapat menjadi perantara penyerbukan pada bunga yang memiliki putik dan kotak sari yang posisinya hampir atau sama tinggi, seperti pada bunga Rohdea japonica (Liliaceae) dan Araceae. Siput akan merambat pada permukaan bunga, membawa serta serbuk sari yang menempel di kakinya yang berlendir menuju putik.
4)      Penyerbukan dengan perantara manusia (antrofili)
Penyerbukan juga dapat dilakukan dengan pertolongan manusia, misalnya pada salak dan vanili. Hal ini disebabkan alat kelamin bunga tumbuhan tersebut letaknya terpisah, ada bunga jantan saja dan ada pula bunga betina saja. Bunga jantan yang penuh serbuk sari dipetik, kemudian ditempelkan di dekat bunga betina yang sudah mask, sehingga terjadi penyerbukan.
b.      Penyerbukan Berdasarkan Asal Serbuk Sari yang Jatuh di Kepala Putik atau Mikropil
Berdasarkan asal serbuk sari yang jatuh di kepala putik atau mikropil (liang bakal biji), penyerbukan dapat dibedakan menjadi penyerbukan sendiri, penyerbukan tetangga, penyerbukan silang, dan penyerbukan bastar.
1)      Penyerbukan sendiri (autogami)
Penyerbukan sendiri adalah menempelnya serbuk sari dari bunga pada kepala putik bunga itu sendiri. Penyerbukan sendiri tidak menghasilkan keturunan yang bervariasi.
2)      Penyerbukan tetangga (geitonogami)
Penyerbukan tetangga ialah menempelnya serbuk sari dari satu bunga di kepala putik bunga lain pada tumbuhan itu juga .
3)      Penyerbukan silang (allogami, xenogami)
Penyerbukan silang (persilangan) ialah menempelnya serbuk sari dari satu bunga di kepala putik bunga tumbuhan lain, tetapi masih tergolong dalam jenis yang sama. Persilangan memungkinkan timbulnya variasi keturunan, karena perpaduan sifat-sifat keturunan dari dua tumbuhan yang memiliki sifat beda.
4)      Penyerbukan bastar (hibridogami)
Penyerbukan bastar terjadi jika serbuk sari berasal dari bunga pada tumbuhan lain yang berbeda jenisnya, atau sekurang-kurangnya mempunyai satu sifat beda (beda kultivar atau varietas). Contohnya adalah sebagai berikut:
a)      Bastar antarkultivar (antar varietas), contohnya antara mangga golek dengan mangga gadung.
b)      Bastar jenis (spesies), contohnya antara mangga (Mangifera indica L.) dengan kweni (Mangifera odorata Griff.).
c)      Bastar antarmarga (genus), contohnya antara cabai (Capsicum annuum L.) dengan terong (Solanum melongena).
Pembuahan adalah bersatunya inti sel sperma dengan inti ovum. Pada tumbuhan biji, peristiwa ini berlangsung di dalam bakal biji. Ada tumbuhan yang mengalami pembuahan tunggal, ada pula yang mengalami pembuahan ganda.
Pembuahan atau fertilisasi pada tumbuhan biji terbuka hanya terjadi satu kali. Endospermanya berasal dari jaringan gametofit dan bersifat haploid. Sedangkan pada tumbuhan biji tertutup terjadi pembuahan ganda: pertama, inti sperma I melebur dengan ovum, tumbuh menjadi lembaga; kedua, inti sperma II melebur dengan inti kandung lembaga sekunder, tumbuh menjadi kotiledon














BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bunga merupakan modifikasi suatu tunas (batang dan daun) yang bentuk, warna, dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan. Berdasarkan jumlah bunga yang terdapat pada tumbuhan dikenal dengan istilah tanaman berbunga tunggal (planta uniflora) dan berbunga banyak (planta multiflora). Bagian-bagian bunga antara lain kelopak, mahkota, benang sari, dan putik. Oleh karena itu,  bunga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya penyerbukan dan pembuahan yang akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan.




















DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia. (Hal. 43-50)

Gardner, Franklin P, dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia. (Hal.13-15)

Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB. (Hal. 23-27)

Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga. (Hal. 344-350)

Syamsuri, Istamar, dkk. 2007. Biologi. Jakarta: Erlangga. (Hal.55-61)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar