BOTANI
MORFOLOGI
DAN ANATOMI AKAR TUMBUHAN
![]() |
Disusun
Oleh:
Ayu
Adestia Sari
(1512220002)
R.A. Dwika Shinta (1512220019)
Panca
setiawati (1522220044)
Dosen
Pembimbing:
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari struktur
luar bagian-bagian dari tumbuhan seperti daun, batang, dan akar. Anatomi
merupakan disiplin ilmu yang membahas tentang fungsi struktur maupun proses
bagaimana terjadinya fungsi dan struktur tersebut yang ada pada tumbuhan.
Akar merupakan bagian yang terdapat di dalam bawah
tanah dan tumbuh dan berkembang di bawah tanah yang pertumbuhannya mengarah ke bumi
dan mencari keberadaan air.
Akar adalah bagian atau organ yang penting ketiga
setelah batang dan daun. Seperti pada bagian-bagian tumbuhan lainnya, akar juga
memiliki struktur morfologi dan anatomi yang berbeda dengan batang maupun daun
tumbuhan. Akar tumbuhan terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut
dapat terlihat dari luar maupun dari dalam akar.
Akar mempunyai peranan sebagai penopang atau
memperkokoh agar tumbuhan tetap berdiri tegak tidak roboh. Selain itu akar
merupakan organ penyerapan air dan mineral zat hara yang berfungsi untuk
membantu terjadinya metabolisme tumbuhan. Pada beberapa macam tumbuhan ada yang
berfungsi sebagai alat respirasi, misalnya tumbuhan bakau.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan akar
2. Apa
saja struktur pada akar
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan akar
2. Mengetahui
struktur morfologi dan anatomi pada akar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Akar
Akar merupakan bagian bawah dari sumbu
tumbuhan dan biasanya berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun juga
terdapat akar yang tumbuh di atas tanah. Histogenesis epidermis akar berbeda
dengan batang. Pada Spermatophyta, xilem primer pada akar bersifat eksark,
sedangkan pada batang bersifat endark, berkas xilem dan floem pada akar
tersusun berselang-seling, sedangkan pada batang berkas pengangkutannya
kolateral, bikolateral, atau amfivasal. Akar tidak mempunyai stomata, tetapi
mempunyai tudung akar yang tidak ada kesejajarannya pada batang.
Kondisi lingkungan seringkali
mempengaruhi pertumbuhan akar. Sistem perakaran yang hidup di tanah kering
biasanya berkembang lebih baik. Pada tumbuhan yang hidup di tanah berpasir,
perkembangan akarnya dangkal, mendatar, dan akar lateral menyebar dekat di bawah
permukaan tanah. Berdasarkan fungsinya dikenal akar penyimpan, akar udara, akar
sukulen, akar panjat, akar penunjang, akar napas, dan akar yang bersimbiosis
dengan jamur
Berdasarkan asal usulnya, terdapat dua
tipe akar, yaitu akar primer dan akar serabut. Akar primer berkembang dan ujung
embrio yang terbatas, sedangkan akar serabut berkembang dari jaringan akar
dewasa atau dari bagian lain dari tubuh tumbuhan, seperti batang dan daun.
Sistem akar sebagian besar Dicotyledonae
dan Gymnospermae, terdiri atas akar tunggang yang membentuk cabang pada
sisinya. Bagian dewasa dari akar, yang biasanya mengalami penebalan sekunder,
hanya berfungsi sebagai alat pemegang pada tanah dan untuk menyimpan bahan
cadangan. Pengambilan air dan garam dilakukan terutama oleh sistem akar yang
masihdalam pertumbuhan primer. Akar Monocotyledoneae dewasa biasanya berupa
akar serabut dan berkembang dari batang. Umumnya akar ini tidak mengalami
penebalan sekunder.
Tipe paling umum akar pada
Monocotyledoneae adalah sistem akar serabut. Radikula yang terdapat dalam biji
terdiri atas meristem dan terbentuk pada perkecambahan biji. Akar Gymnospermae
dan Dicotyledoneae berkembang menjadi akar tunggang dengan percabangannya. Pada
Monocotyledoneae, akan biasanya suci dari pada awal pertumbuhan dan sistem akar
dari tumbuhan dewasa terdiri atas sejumlah akar serabut.
Meristem pucuk akar lateral berkembang
dari jaringan disebelah dalam, sedangkan kuncup batang berkembang dari tumbuhan
di bagian luar. Karena itu percabangan akar disebut endogen dan percabangan
batang disebut eksogen.
2.2
Sifat-sifat
Akar
Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya
terdapat didalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi atau menuju ke air,
meninggalkan udara dan cahaya. Tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan
tidak mendukung daun-daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainnya. Warna
tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan. Tumbuh terus pada
ujungnya, tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah jika disbanding dengan
batang. Bentuknya seringkali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus tanah.
2.3
Morfologi
dan Anatomi Akar
A. Akar Primer
Endodermis membatasi bagian dalam akar
dengan korteks. Pada akar primer tampak pita Caspary pada dinding menjari
endodermis. Sel endodermis akar tumbuhan tertentu terus-menerus membelah
antiklin selama tahap pembelaha sekunder. Pada kebanyakan angiospermae,
pteridophyta, dan beberapa Gymnospermae endodermis tetap dalam bentuk primer.
Pada tumbuhan lain terbentuk lamela dari suberin pada sisi dan dinding primer
termasuk pita caspary. Lapisan ini membuat dinding menjari dan membujur di
bagian dalam sehingga sel endodermis semakin tebal. Penebalan dinding
endodermis berlignin dan terjadi dalamengalami penebalan, hanya mempunyai pita
caspary saja. Sel yang dindingnya tetaap tipis ini disebut sel pelalu.
Pembentukan lamela suberin pada dinding sel endodermis merupakan hasil
polimerisasi campuran lemak tidak jenuh yang dilakukan oleh oksidase dan
peroksidase dibawa ke sel endodermis melalui unsur tapisan.
Silinder pusat terletak di bagian tengah
akar dan dibatasi oleh endodermis. Disebelah endormis terdapat satu atau
beberapa lapisan sel parenkim berdinding tipis yang disebut perisiklus yang
bersifat meristematis. Primordia akar lateral, felogen, dan bagian kambium
pembuluh dalam Dicotyledoneae berkembang dan perisiklus. Pada akar kebanyakan
Gramineae dan Cyperaceae, unsur terluar protoxilem berkembang dalam daerah
perisiklus. Sementara, pada potamogetonaceae selain unsur xilem, unsur floem
juga berkembang dalam daerah perisiklus. Pada Monocotyledoeae biasanya tidak
terjadi penebalan sekunder, tetapi terjadi sklerifikasi pada sebagian atau
seluruh perisiklus.
Pada umumnya bagian-bagian akar dapat
dibedakan yaitu Leher akar atau pangkal
akar (Collum), yaitu bagian akar yang
bersambungan dengan pangkal batang. Ujung akar (opex radicix), bagian akar yang paling mudah, terdiri atas
jaringan-jaringan yang masih dapat mengadakan pertumbuhan. Batang akar ( corpus radicix), bagian akar yang
terdapat antara leher akar dan ujungnya. Cabang-cabang akar (radix lateralis), yaitu bagian-bagian
akar yang tak langsung bersambungan dengan pangkal batang, tetapi keluar dari
akar pokok, dan masing-masing dapat mengadakan percabangan lagi. Serabut akar (fibrillia radicalis), cabang-cabang akar
yang halus-halus dan berbentuk serabut. Rambut-rambut akar atau bulu-bulu akar (pilus radicalis), yaitu bagian akar
yang sesungguhnya adalah merupakan penonjolan sel-sel kulit luar akar yang
panjang. Bentuknya seperti bulu atau rambut, oleh sebab itu dinamakan rambut
akar atau bulu akar. Dengan adanya rambut-rambut akar ini bidang penyerapan
akar menjadi amat diperluas, sehingga le bih banyak air dan zat-zat makanan
yang dapat dihisap. Tudung akar (calyptra),
yaitu bagian akar yang letaknya paling ujung, terdiri atas jaringan yang
berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda dan lemah.
1.
Susunan Jaringan Primer
dalam Akar
a. Tudung
Akar
Tudung akar terdapat di ujung akar dan
melindungi promeristem akar serta membantu penembusan tanah oleh akar. Tudung
akar terdiri dari sel hidup yang mengandung pati. Sel kadang-kadang tersusun
dalam deretan radial yang berasal dari pemula tudung akar. Pada banyak
tumbuhan, sel sentral ditudung akar membentuk struktur yang lebih jelas dan
tetap yang disebut kolumela.
Sel tudung akar mensekresika lendir yang
terdiri atas polisakarida. Proses sekresinya dilindungi oleh hipertrofi
sisternae diktiosom yang membentuk vesikula besar. Isi vesikula kemudian
dibebaskan dari protoplas dengan adanya penyatuan membran vesikula dengan
plasmalema. Kemudian sekret bergerak keluar melalui dinding sel. Tudung akar
dianggap mengendalikan geotropi akar. Telah diketahui bahwa pemotongn ujung
akar mencegah responya terhadap gaya berat. Pada sel bagian bawah tudung akar
memang sering tampak butir pati. Diperkirakan bahwa plastia berisi pati yang
disebut statolit itu meneruskan rangsangan gaya berat kepada plasmalema sel
tersebut. Jika sel ,tudung akar didedahkan kepada rangsang geotrop, maka
amiloplas terlihat bersedimentasi di bagian bawah sel dan dengan demikian
menggantikan tempat retikulum endoplasma dan organel lai kedalam atas sel.
Tudung akar berkembang terus menerus.
Sel paling luar mati, terpusah dari yang lain dan hancur, lalu digantikan oleh
sel baru yang dibentuk oleh pemula. Tudung akar nampaknya secara umum, kecuali
pada beberapa parasit dan mikoriza.
b. Epidermis
Akar
Sel epidermis akar berdinding tipis,
biasanya tidak mempunyai kutikula meskipun seringkali dinding terluar sel,
termasuk serabut akar mengalami kutinisasi. Epidermis akar biasanya hanya
selapis kecuali pada akar udara Orchidaceae
dan tumbuhan epifit, epidermisnya multilapis dan mempunyai bentuk khusus yang
disebut velamen. Epidermis akar dapat membentuk tonjolan yang menjadi rambut
akar yang berfungsi untuk menyerap air dan garam.
Di bagian akar yang lebih dewasa, rambut
akar mati dan mengering. Adanya rambut akr menambah luas permukaan penyerapan.
Namun, penelitian menunjukan bahwa jumlah rambut akar yang tidak terlalu banyak
telah cukup untuk memasok seluruh yang diperlukan untuk transpirasi dan
pertumbuhan tanaman. Sel epidermis pun dapat menyerap. Pada sejumlah tumbuhan,
seluruh sel epidermis dapat membentuk rambut akar, namun pada tumbuhana lain
sel khusus yang berbeda sitologinya, yaitu trikoblas dapat berkembang menjadi
rambut akar. Beberapa tumbuhan basah seperti Eichhornia dan Pistia,
tidak memilikinya.
c.
Korteks
Korteks terdiri banyak sel dan tersusun
berlapis, dinding selnya tipis mempunyai banyak ruang antar sel untuk
pertukaran gas. Jaringan yang terdapat korteks yaitu parenkim, kolenkim, dan
sklerenkim.
Pada sejumlah besar monokotil yang tidak
melepaskan korteksnya semasa akar masih hidup, banyak sklerenkim dibentuk.
Ruang antar sel dibentuk lisigen atau sizogen sering terdapat pada tumbuhan
darat yang terendam air , seperti padi. Parenkim tersebut dianggap berperan
dalam pengangkutan gas dan sebagai wadah oksigen yang diperlukan dalam
respirasi jaringan yang tak bisa memperoleh oksigen dari udara luar. Sel
korteks biasanya besar dan bervakuola besar. Plastida di dalamnya menghimpun
pati. Lapisan paling dalam berkembang menjadi endodermis dan satu atau beberapa
lapisan korteks paling luar dapat berkembang menjadi eksodermis.
d.
Eksodermis
Pada sejumlah besar tumbuhan , dinding
sel pada lapisan sel terluar korteks akan membentuk gabus , sehingga terjadi
jaringan pelindung baru, yakni eksodermis yang akan menggantikan epidermis.
Struktur dn sifat sitokimiawi sel eksodermis mirip sel endodermis. Dinding
primer dilapisi oleh suberis dan lapisan itu dilapisi lagi oleh selulesa.
Lignin juga dapat ditemukan. Contoh tanaman yang memiliki eksodermis adalah Smilax, Oryza, Phoenix. Dalam akar Zea
mays dan allium cepa, lapisan korteksnya tepat di bawah memiliki pita caspary
di dinding antiklinalnya. Sel enksodermis mengandung protoplasma hidup ketika
dewasa.
e.
Endodermis
Letak endodermis ada di sebelah dalam
korteks yang berupa selapis sel yang tersusun rapat tanpa ada nya rongga antar
sel. Dinding selnya mengalami penebalan gabus. Daerah akar yang digunakan untuk
penyerapan, dinding sel endodermis mengandung selapis suberin di dinding
antiklinalnya yakni pada dinding radial dan melintang.
Terdapat pita caspary pada endodermis yang membagi akar menjadi dua bagian yang
terpisah yang berperan penting dalam selektif garam mineral dan air. Pita
caspary tersebut merupakan kesatuan antara lamella tengah dan dinding primer,
tempat suberin dan lignin tersimpan. Jika sel terplasmolisis, maka prooplas
akan melepaskan diri dari dindin namun tetap melekat pada pita caspary.
Sel sel gabus yang berderet dan
melakukan penebalan adalah pita caspary,
penebalan gabus ini tidak dapat ditembus air sehingga air harus masuk ke
silinder pusat melalui endodermis yang elum menebal.
2.
Akar Kontraktil
Pada sejumlah tumbuhan , penggantian
batang lama oleh batang baru berlangsung pada posisi tertentu dalam tanah aatu
permukaanya. Posisi tersebut sering diperoleh dengan penarikan oleh akar khusus
yang disebut akar pengerut atau akar kontraktil yang banyak terdapat pada
dikotil basah. Sejumlah kecil pengerutan akar disebabkan oleh pertumbuhan sel
parenkim floem dalam arah horizontal dan pemendekannya dalam arah memanjang.
3.
Mikoriza
Epidermis dan korteks pada sejumlah
besar tumbuhan sering berasosiasi dengan fungi (jamur) tanah. Asosiasi antar
hifa jamur dan akar muda tumbuh tinggi dikenal dengan mikoriza. Biasanya
hubungan ini suatu simbiosis. Penyerapan air dan zat arah oleh akar akan
meningkat dan jamur memperoleh senyawa organik. Beberapa mikoriza dapat
meningkatkan daya tanah tanaman inang terhadap infeksi penyakit. Selain itu
mikoriza membuat inang peka terhadap kekeringan.
4.
Bintil Akar
Bintil akar merupakan asosiasi akar
dengan bakteri penambat nitrogen udara yang berguna bagi tumbuhan. Bintil akar
yang diakibatkannya merupakan ciri khas dari fabaceae. Bakteri memasuki akar
melalui rambut akar memperbanyak diri
dan membentuk benang infeksi.
Benang infeksi ini sangat menembus akar
dan merangsang proliferasi sel pada lapisan korteks sebelah dalam, hasilnya
menyerupai bakal akar cabang akan menjadi bintil. Setiap berkas memiliki
seludang parenkim dan endodermis. Pada beberapa spesies, sel seludang membentuk
dinding khas bagi sel yang berperan dalam pengangkutan dalam jarak dekat.
5.
Perkembangan akar
Awal pembentukan akar adalah penyusunan
meristem apeknya. Saat biji berkecambah, promeristem di ujung akar embrio
membentuk akar primer tumbuh meristem apek memperoleh bentuk tertentu. Pada
jenis kedua semua sel yang di hasilkan oleh sekelompok sel di titik tumbuh
akar. Jadi sel di semua akar memiliki pemula bersama.
B. Akar
Sekunder
Pertumbuan akar sekunder seperti pada
batang atas pembentukan jaringan pembuluh sekunder
dari kambium dan periderm felogen. Pembuluh sekunder khas dijumpai pada akar
Gymnospermae dan Dicotyledoneae. Akar Monocotyledoneae biasanya tidak mengalami
pertumbuhan sekunder.
Pada awalnya kambium pembuluh berbentuk
pita yang jumlahnya tergantung tipe akar. Pada akar Diark terdapat dua pita,
pada akar Tiark terdapat tiga pita, dan seterusnya. Sel prisiklus yang terdapat
di luar daerah xilem juga menjadi aktif seperti kambium. Selanjutnya kambium
melengkapi lingkaran xilem sebagai pusatnya. Penampang melintang kambium pada
perkembangan awal membentuk oval pada akar diark, segi tiga pada akar tiark,
dan pada akar poliark membentuk segi banyak. Kambium berbatasan dengan
permukaan floem yang berfungsi membentuk xilem sekunder ke arah dalam dan floem
sekunder ke arah luar. Kambium menghasilkan xilem dan floem dengan membelah
periklin dan antiklin sehingga lingkaran akar bertambah besar.
Pembentukan periderm mengikuti
pertumbuhan pembuluh sekunder. Sel perisiklus terus membelah secara periklin
dan antiklin. Pembelahan periklin menyebabkan peningkatan jumlah lapisan
prisiklus. Peningkatan ketebalan jaringan pembuluh dan perisiklus menekan
korteks ke arah luar sehingga korteks menjadi pecah. Pada akar tumbuhan menahun
keaktifan kambium pembuluh dan felogen terus terjadi sepanjang tahun.
Pada tumbuhan dikotil menema misalnya,
pada Medicago sativa xilem sekunder
terdiri atas pembuluh dengan penebalan dinding menganak tangga dan memata jala.
Pembuluh ini juga mengandung sel serabu dan sel parenkim. Floem berisi pembuluh
dengan sel pengiring, serabut, dan parenkim.
Pada akar tumbuhan berkayu, jaringan
pembuluh biasanya mempunyai banyak sel dengan dinding sekunder yang mengandung
lignin, akar Gymnospermae mempunyai tipe pertumbuhan sekunder yang sama dengan
Dicotyledoneae, namun terdapat perbedaan histologis antara akar dan batang.
1. Dikotil
Basa
Pada dikotil basa seperti alfalfa, xylem
sekunder mengandung pembuluh kayu yang beragam garis tengahnya. Jumlah
pertumbuhan sekunder di berbagai pertumbuhan basaberagam, demikian pula
struktur jaringannya serta banyaknya periderm yang terbentuk.
2. Spesies
Kayu
Susunan jaringan pembuluh pada akar
spesies berkayu menyerupai keadaan alfalfa. Antara akar dan batang pohon
terdapat berbagai perbedaan histologi terutama pada kayunya. Unsur kulit kayu
dan kayu yang memiliki dinding seknder berlignin, jumlahnya pada batang lebih
banyak daripada akar.
3. Keragaman
Dalam Pertumbuhan Sekunder
Pertumbuhan sekunder pada tumbuhan basa
terbatas jumlahnya. Hal ini berkaitan dengan beberapa ciri khas tumbuhan yang
bersangkutan.
4. Aspek
fisiologi
Ketergantungan akar pada batang untuk
memperoleh rangsangan aktifitas kambiumnya terlihat pula periodesitas dari
aktivitas kambium yang mengalami perbedaan aktivitas kambium pembuluh setiap
tahun.
5. Akar
tambahan
Akar tambahan digunakan bagi akar yang
tumbuh pada bagian tumbuhan di atas tanah, di bawah tanah, dan terutama yang
telah mengalami pertumbuhan sekunder. Akar tambahan dapat dibentuk pada
tumbuhan utuh yang tumbuh pada kondisi normal, atau tumbuh dengan infeksi oleh
hama penyakit tumbuhan atau luka. Akal tambahan dibentuk dengan sel parenkim
yaitu dari tallus atau jaringan di dekatnya. Jika jaringan unsur pembuluh
dibentuk dalam akar tambahan maka parenkim akan terdefenrensiasi menjadi unsur jaringan
yang berhubungan dengan unsur sejenis dalam organ yang berkembang.
2.4
Akar
Tunggang dan Akar Serabut
Pada perkembangan lanjutannya, jika biji
mulai berkecambah sampai menjadi tumbuhan dewasa akar lembaga dapat
memperlihatkan perkembangan yang berbeda hingga tumbuhan lazimnya dibedakan dua
maca system perakaran.
System akar tunggal, jika akar lembaga
tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang
lebih kecil. Akar pokok yang berasal dari akar lembaga disebut akar
tunggang (radix rimaria). Susunan akar yang demikian ini biasa terdapat pada
tumbuhan biji belah (dicotiledoneae) dan tumbuyhan biji telanjang (gymnospermae).
System akar serabut, yaitu jika akar
lembaga dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudia disusul oleh sejumlah
akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang.
Akar-akar ini karena bukan berasal dari calon akar yang asli dinamakan akar
liar, bentuknya seperti serabut, oleh karena itu dinamakan akar serabut (Radix Adventicia). Baik pada system akar
tunggang maupun pada system akar serabut, masing-masing akar dapat
bercabang-cabang untuk memperluas bidang penyerapan dan untuk memperkuat
berdirinya batang tumbuhan.
Selanjutnya perlu diingat bahwa akar tunggang hanya
kita jumpai jika tumbuhan ditanam dari biji walaupun dari golongan biji belah (dicotiledoneae), suatu tumbuhan tak
akan mempunyai akar tunggang, jika tidak ditanam dari biji, seperti misalnya
berbagai jenis tanaman budidaya yang diperbanyak dengan cangkokan atau turusan
(setek).
Melihat
percabangan dan bentuknya, akar tunggang dapat dibedakan dalam:
a. Akar
tunggang yang tidak bercabang atau sedikit bercabang, dan jika ada
cabang-cabangnya, biasanya cabang-cabang ini terdiri atas akar-akar yang halus
berbentuk serabut. Akar tunggang yang bersifat demikian sering kali berhubungan
dengan fungsinya sebagai tempat penimbunan zat makanan cadangan lalu
mempunyai bentuk yang istimewa misalnya
:
1. Berbentuk
sebagai tombak (fusiformis),
pangkalnya besar meruncing keujung dengan serabut-serabut akar sebagai
percabangan, menjadi tempat penimbunan makanan, misalnya akar lobak ( Raphanus sativus L.). wortel (Daucus carota I.).
2.
Berbentuk gasing (napiformis), pangkal akar besar
membulat, akar-akar serabut sebagai cabang hanya pada ujung yang sempit
meruncing, seperti pada bangkuang (Pachyrrhizus
erosus Urb.) dan biet ( Beta vulgaris
L.)
3. Berbentuk
benang (Filoformis), jika akar
tunggang kecil panjang seperti akar serabut saja dan juga sedikit sekali
bercabang, misalnya pada kratok (Phaseolus
Lunatus L.)
b. Akar
tunggang yang bercabang (ramosus).
Akar ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah, bercabang-cabang
banyak, dan cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga dapat memberi kekuataan yang
lebih besar kepada batang, dan juga daerah perakaran yang jadi amat luas,
hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak. Susunan akar
yang demikian terdapat pada pohon-pohon yang ditanam dari biji.
Mengenai
akar-akar pada system akar serabut dapat
dikemukakan hal-hal seperti berikut:
a. Akar
yang menyusun akar serabut kecil-kecil berbentuk benang, misalnya pada padi (Oryza sativa L.)
b. Akar-akar
serabut kaku keras dan cukup besar seperti tambang, misalnya pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.)
c.
Akar serabut
besar-besar, hamper sebesar lengan, masing-masing tidak banyak memperlihatkan
percabangan, misalnya pada pandan (Pandanus
tectorious 501.)
2.5
Jenis-jenis
Akar Berdasarkan Sifat dan Fungsi
a. Akar
udara atau akar gantung (radix aereus).
Akar ini keluar dari bagian-bagian di atas tanah menggantung di udara dan
tumbuh kea rah tanah. Akar gantung amat panjang sampai 30 meter. Selama masih
menggantung akar hanya dapat menolong penyerapan air dan zat gas dari udara dan
sering kali mempunyai jaringan khusus untuk menimbun air/udara yang disebut
velamen (misalnya akar anggrek kalajengking (Arahnis flosareis), tetapi setelah mencapai tanah bagian yang masuk
tanah berkelakuan seperti akar biasa. Sedangkan bagian yang ada di atas tanah
berubah menjadi batang. Misalnya , pada beringin (Ficus benjamina L.).
b. Akar
penggerak atau akar penghisap (haustorium), yaitu akar yang terdapat pada
tumbuhan yang hidup sebagai parasite berguna untuk penyerapan air dan zat
makanan dari inangnya, seperti pada benalu (Loranthus),
akar penggerak yang menembus kulit batang inangnya sampai ke bagian kayu. Ada
pula akar yang pendek yang melekat pada inangnya, misalnya pada endak-endak
cacing (Cuscutha australia R. Br.).
c. Akar
pelekat (radix adligans), akar yang
keluar dari buku-buka batang tumbuhan memanjat berguna untuk menempel pada
penunjang nya saja, misalnya pada lada (Piper
nigrum L.) dan sirih (Piper battle
L.).
d. Akar
pembelit (cirrhus radicalis), untuk
memanjat, tetapi dengan memeluk penunjangnya, misalnya pada vanili (Vanilla planifolia Andr.).
e.
Akar nafas (pneumatophore), yaitu cabang-cabang akar
yang tumbuh tegak lurus ke atas hingga muncul di permukaan tanah atau air
tempat tumbuhnya tumbuhan. Akar ini mempunyai banyak liang-liang atau cela-cela
(pneumathophoda) untuk pernapasan.
Misalnya pada bogem (Sonneratia) dan
kayu api (Avicennia).
f. Akar
tunjang, yaitu akar-akar yang tumbuh dari bagian bawah batang ke segala arah
dan seakan-akan menunjang batang ini jangan sampai rebah, karena biasanya
tumbuhan ini hidup di atas tanah atau air, sering disebut akar egrang.
Tumbuhannya kurang oksigen, sehingga akar-akar ini selain untuk menunjang juga
berguna untuk pengambilan oksigen dari udara. Misalnya, pada pohon pandan (Pandanus tectorius Sol.) dan pohon
bakau (Rhizophora conjugate L.).
g. Akar
lutut, yaitu akar tumbuhan yang akarnya tumbuh ke atas kemudian membengkok lalu
masuk ke dalam tanah, sehingga seperti lutut yang dibengkokkan. Terdapat pada
tumbuhan di tepi pantai yang rendah berlumpur, dan berguna untuk kepentingan
pernapasan, misalnya pada pohon tanjang (Bruguiera
parvifollia W. et A.).
h.
Akar banir, yaitu akar
berbentuk seperti papan-papan yang diletakkan miring untuk memperkokoh
berdirinya batang yang tinggi besar. Misalnya, pada sukun (Artocarpus communis G. Forst.), kenari (Canarium Commune L.)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akar merupakan bagian tumbuhan yang
tumbuh dan berkembang dibawah tanah. Adapun macam-macam dari akar berdasarkan
fungsinya yaitu akar penyimpan, akar udara, akar sukulen, akar panjat, akar
penunjang, akar napas, dan akar yang bersimbiosis dengan jamur.
Struktur pada akar yaitu struktur akar
primer dan sekunder. Akar primer berkembang dan ujung embrio yang terbatas.
Susunan jaringan akar primer yaitu tudung akar, epidermis akar, korteks,
endodermis, dan eksodermis.
Pertumbuan akar sekunder seperti pada
batang atas pembentukan jaringan pembuluh sekunder dari kambium dan periderm
felogen. Pembuluh sekunder khas dijumpai pada akar Gymnospermae dan
Dicotyledoneae. Akar Monocotyledoneae biasanya tidak mengalami pertumbuhan
sekunder.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan. Bandung: ITB
Bandung.
Pardi, Joni S. 1995. Anatomi
Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB Bandung
Tjitrosomo,
Siti Sutarmi dkk. 1983. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa
Mulyani,
Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta:
Kanisius.
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2013. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar