BOTANI
MORFOLOGI DAN ANATOMI BATANG TUMBUHAN
Disusun Oleh:
Dinda Cahaya Ningtyas (1512220004)
Lia Rozalina (1512220010)
Bella Roshiaini (1522220028)
Dosen Pembimbing:
Riri Novita, S.Si, M.Pd.I
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting
bagi tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah. Mengingat tempat dan
kedudukannya bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh
tumbuhan. Tumbuhan biji belah (dicotyledoneae) pada umumnya mempunyai batang
yang di bagian bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin mengecil, jadi
batangnya dapat dipandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang,
yang dapat mempunyai percabangan atau tidak. Tumbuhan biji tunggal
(monocotyledoneae) sebaliknya mempunyai batang yang dari pangkal sampai ke
ujung boleh dikata tak ada perbedaan besarnya. Hanya pada beberapa golongan saja
yang pangkalnya tampak membesar, tetapi selanjutnya ke atas tetap sama, seperti
terlihat pada bermacam-macam palma (palmae).
Batang yang bentuknya berubah disebut batang yang telah
mengalani modifikasi. Batang dapat terspesialisasi serta termodifikasi bentuknya
untuk keperluan tugas khusus seperti menimbun cadangan makanan dan untuk
fotosintesis. Pada batang, buku adalah tempat melekatnya daun pada batang, dan
batang diantara 2 daun berurutan disebut ruas. Kuncup yang terletak pada ujung
batang disebut kuncup terminal. Bersama kuncup aksilar, kuncup terminal akan
menentukan bentuk dari percabangan.
Batang memiliki ciri-ciri mempunyai buku
dan ruas, umumnya terletak diatas tanah. Batang merupakan bagian kedua dari
tumbuhan setelah akar. Batang bersatu dengan akar melanjutkan sari makanan yang
dibawa oleh akar melalui jaringan pengangkut. Pada beberapa jenis tumbuhan,
batang berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan, misalnya pada ubi
jalar dan kentang. Batang pada umumnya berada di atas permukaan tanah. Ada tiga
jenis batang tumbuhan yang terdapat di sekitar, yaitu batang berkayu, batang
berair (batang basah) dan batang rumput (berongga). Mengingat tempat dan kedudukannya bagi tubuh tumbuhan,
batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada
umumnya pada batang terdapat bermacam-macam jaringan tetapi pada dasarnya
batang memiliki lapisan-lapisan jaringan yang sama dengan akar, yaitu
Epidermis, Korteks, dan Silinder pusat (Stele).
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
rumusan masalah ini sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan batang?
2. Bagaimana
struktur dan jenis batang pada tumbuhan?
3. Apa
saja fungsi batang pada tumbuhan?
4. Apa
saja jaringan penyusun batang?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang batang tumbuhan
2. Untuk
mengetahui berbagai macam struktur dan jenis batang
3. Untuk mengetahui fungsi batang
4. Untuk mengetahui jaringan penyusun batang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Struktur Batang
Dalam Tjitrosomo
(1983:91) ia mengemukakan bahwa, batang adalah bagian kedua dari tumbuhan
setelah akar. Batang bersatu dengan akar melanjutkan sari makanan yang dibawa
oleh akar melalui jaringan pengangkut. Pada beberapa jenis tumbuhan, batang
berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan, misalnya pada ubi jalar
dan kentang. Batang pada umumnya berada di atas permukaan tanah. Ada tiga jenis
batang tumbuhan yang terdapat di sekitar, yaitu batang berkayu, batang berair
(batang basah) dan batang rumput (berongga). Sama halnya dengan akar, pada
ujung batang terdapat pula titik tumbuh. Titik tumbuh batang pada umumnya tidak
mempunyai pelindung yang khusus, tetapi balutan bakal daunnya berfungsi sebagai
pelindung.
2.1.1 Arah Tumbuh Batang
Dalam Tjitrosoepomo
(2013:79), batang pada umunya tumbuh kearah cahaya, meninggalkan air dan tanah,
tetapi mengenai arahnya dapat memperlihatkan variasi dan dengan siftanya ini
dibedakan batang yang tumbuhnya:
1. Tegak
lurus (erectus), yaitu jika arahnya lurus keatas. Misalnya pepaya (Carica
L.).
2. Menggantung
(dependent), ini tentu saja hanya mungkin untuk tumbuh-utmbuhan yang
tumbuhnya dilereng atau tepi jurang, misalnya Zebrina pendula Schnitzl.,
atau tumbuhan yang hidup diatas pohon sebagai epifit, misalnya jenis anggrek (Orchidaceae)
tertentu.
3. Berbaring
(humifusus), jika batang ini terletak dipermukaan tanah, hanya ujungnya
saja yang sedikit membengkok keatas, misalnya pada semangka (Citrullus
culgaris Schrad.)
4. Menjalar
atau merayap (respens), batang berbaring, tetapi dari buku-bukunya
keluar akar-akar, misalnya batang ubi jalar (Ipomoea batatas Poir)
5. Serong
keatas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti hendak
berbaring, tetapi bagian lainnya lau membelok keatas, misalnya pada kacang
tanah (Arachis hypogaea L.)
6. Mengangguk
(nutans), batang tumbuh tegak lurus keatas, tetapi ujungnya lalu
membengkok kembali kebawah, misalnya pada bunga matahari (Helianthus annuus L.)
7. Memanjat
(scandens) yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan
penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati ataupun tunbuhan lain, dan pada
waktu naik keatas batang menggunakan alat-alat khusus untuk ‘berpegangan’ pada
penunjangnya ini, misalnya dengan:
a. akar
pelekat, contohnya sirih (Piper betle L.)
b. akar
pembelit, misalnya vanili (Vanilla planifolia Andr.)
c. cabang
pembelit (sulur dahan), misalnya anggur (Vitis vinifera L.)
d. daun
pembelit atau sulur daun, misalnya kembang sungsang (Gloriosa superba L.)
e. tangkai
pembelit, misalnya pada kapri (Pisum sativum L.)
f. duri,
misalnya pada mawar (Rosa sp.), bugenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.)
g. duri
daun, misalnya rotan (Calamus caesius Bl.)
2.1.2 Percabangan pada Batang
Dalam Tjitrosoepomo
(2013:83), batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak, yang tidak bercabang
kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae),
misalnya jagung (Zea mays L.). Umumnya batang memprlihatkan percabgan,
baik banyak maupun sedikit. Cara percabangan ada bermacam, biasanya dibedakan
tiga macam cara percabangan, yaitu:
1. Monopodial,
yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih
panjang daripada cabang-cabangnya, misalnya pohon cemara (Casuarina
equisetifolia L.)
2. Simpodial,
buatan pokok luar sukar ditentukan, karena dalam perkembangan selanjutnya
mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat
pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya, misalnya pada sawo manila (Achras
zapota L.)
3. Menggarpu
atau dikotom, yaitu cara percabangan yang batang setiap kali menjadi dua cabang
yang sama besarnya, misalnya paku andam (Gleichenia linearis Clarke).
Dalam
Tjitrosoepomo (2013:84) cabang yang besar yang biasanya langsung keluar dari
batang pokok lazimnya disebut dahan (ramus) sedangkan cabang yang kecil
dinamakan ranting (ramulus). Cabang-cabang pada suatu tumbuhan dapat
bermacam-macam sifatnya, oleh sebab itu cabang dapat dibedakan seperti di bawah
ini:
1. Geragih
(flagellum, stolo), yaitu cabang-cabang kecil yang panjang yang tumbuh
merayap, dan daru buku-bukunya keatas keluar tunas baru dan kebawah tumbuh
akar-akar. Cabang yang demikian ini dibedakan seperti dibawah ini:
a. merayap
diatas tanah, misalnya pada daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.) dan
arbe (Fragraria vesca L.)
b. merayap
didalam tanah, misalnya teki (Cyperus rotundus L.), kentang (Solanum
tuberosum L.)
2. Wiwilan
atau tunas air (virga singularis), yaitu cabang yang biasanya tumbuh
cepat dengan ruas-ruas yang panjang, dan seringkali berasal dari kuncup yang
tidur atau kuncup-kuncup liar. Seringkali pada kopi (Coffea sp.) dan
pohon coklat (Theobroma cacao L.)
3. Sirung
panjang (virga), yaitu cabang-cabang yang biasanya merupakan pendukung
daun-daun dan mempunyai ruas-ruas yang cukup panjang. Pada cabang-cabang
demikian ini tidak pernah dihasilkan bunga, oleh sebab itu sering disebut
cabang yang mandul (steril).
4. Sirung
pendek (virgula atau virgula sucrescens), yaitu cabang-cabang
kecil dengan ruas-ruas yang pendek yang selai daun biasanya merupakan pendukung
bunga dan buah. Cabang yang dapat menghasilakn alat perkembangbiakan bagi
tumbhan ini disebut pula cabang yang subur (fertil).
2.2 Tipe Batang
Menurut Mulyani (2006:229), struktur
batang primer berbeda dengan struktur batang sekunder sehingga sering kali
digunakan untuk membedakan tipe batang. Biasanya tipe batang dibedakan atas
batang conifer, dikotil berkayu, dikotil tidak berkayu (perdu), dikotil
merambat, dikotil dengan pertumbuhan menyimpang, dan monokotil.
2.2.1 Batang Conifer
Contoh batang Conifer adalah Pinus.
Batang Pinus mempunyai tipe berkas pengangkut konsentris amfikribral. Pada
floem primer tidak terbentuk serabut pada bagian tepi dan tidak ditemukan
adanya endodermis. Selama pertumbuhan sekunder, batas luar dari floem dapat
dikenali dengan adanya jari-jari empulur. Terkadang, sel di luar floem berisi
tannin. Sejak pertumbuhan awal, batang mengandung pembuluh resin pada korteks.
Apabila batangnya membesar, pembuluh resin juga menjadi lebih luas.
2.2.2 Batang Dikotil Berkayu
Pada kebanyakan Dikotil yang berbentuk pohon, daerah antar
pembuluhnya sempit, misalnya pada Salix, Prunus, dan Quercus, dan sangat
sempit pada Tilia. Pada spesies-spesies tersebut, jaringan sekunder
membentuk silinder yang membentang terus, tidak diputus oleh jari-jari empulur.
Dibawah epidermis terdapat selapis sel parenkim yang
kemudian menjadi beberapa lapisan kolenkim. Bagian korteks yang lain terdiri
atas sel parenkim yang berisi klorofil. Endodermis yang berisi tepung disebut
floeoterma atau selubung tepung.
Empulur terdiri atas sel parenkim yang berisi getah (sel
getah) yang juga terdapat pada bagian korteks. Pada batang yang sudah tua, empulur
terdiri atas sel berdinding tebal dan berwarna lebih yang mengandung tepung.
Pada floem sekunder banyak dibentuk serabut yang terdiri atas pembuluh
pengangkut dan sel parenkim.
2.2.3 Batang Dikotil Tidak Berkayu (Herbaceus = Menerna)
Pada batang muda terdapat epidermis dan masih terdapat pada
awal pertumbuhan sekunder. Pada batang tua akan terbentuk periderm dengan
lentisel. Satu atau dua lapisan korteks di bawah epidermis berisi kloroplas. Lapisan
ini diikuti oleh dua atau tiga lapisan kolenkim, dan parenkim dengan sel getah.
Floem primer berisi serabut dekat dengan korteks (serabut protofloem). Didalam
floem sekunder juga terdapat serabut, tetapi tidak pada metafloem. Cambium
pembuluh memisahkan floem dengan xylem sekunder dengan membentuk silinder
yang pada. Empulur terdiri atas sel parenkim yang berisi sel getah. Tepung dan
Kristal sering terdapat dalam empulur maupun korteks.
2.2.4 Batang Dikotil Merambat
Para Aristolochia, jaringan pembuluh
primer tersusun kolateral. Jaringan primer terdiri atas epidermis, korteks yang
terdiri atas parenkim dan kolenkim yang mengandung klorofil, dan silinder pusat
(stele) yang terdiri atas serabut yang banyak mengandung tepung.
Sel yang dibentuk pada akhir masa pertumbuhan relatif lebih
kecil. Floem sekunder tidak berserabut. Apabila diameter batang membesar,
setiap berkas pengangkut juga membesar ke arah luar atau ke arah tepi.
Pada beberapa spesies, beberapa sel parenkim berubah menjadi sel batu. Periderm
membentuk sel kolenkim di bawah epidermis.
Cucurbita mempunyai berkas pangangkut bikolateral. Epidermis
uniseriate dan dibawahnya terdapat kolenkim dan klorenkim. Klorenkim terdapat
di bawah epidermis yang mempunyai stomata. Endodermis mengandung tepung. Ciri
khas batang Dikotil merambat adalah terdapatnya sklerenkim diluar berkas
pengangkut.
2.2.5 Batang Dikotil dengan Pertumbuhan Sekunder yang Menyimpang
Pertumbuhan sekunder yang menyimpang digunakan untuk
menunjukkan bentuk keaktifan kambium yang menyimpang dari kebiasaan, yang ditemukan
pada Conifer dan tumbuhan dikotil berkayu dari daerah beriklim sedang. Pada
beberapa tumbuhan dengan pertumbuhan menyimpang, kambium pembuluh terdapat pada
kedudukan normal. Namun, tubuh sekunder menunjukkan penyebarang xylem dan floem
yang tidak biasa. Pada Leptadenia, Strychnos, dan Thunbergia,
floem dibentuk tidak hanya ke arah luar, tetapi juga ke arah dalam sehingga
floem sekunder terdapat di dalam xylem sekunder.
Pada Amaranthaceae, Chenopodiaceae, Menispermaceae,
dan Nygtaginaceae, serangkaian cambium pembuluh tersusun dari bagian
pusat batang ke arah luar. Masing-masing kambium menghasilkan xylem kearah
dalam dan floem kearah luar sehingga terjadi lapisan yang terdiri atas xylem,
kambium, dan floem. Pada batang Bougaienvillea spectobilis, xylem dan
floem membentuk untaian yang tertanan dalam jaringan parenkim, yang disebut
jaringan konjungtif. Jaringan ini merupakan hasil keaktifan kambium di antara
berkas pengangkut yang mirip dengan keaktifan kambium antar pembuluh, tetapi
masa keaktifannya terbatas. Bougainvillea spectibilis mempunyai kambium
yang tidak normal.
Pertumbuhan menyimpang yang lain juga terjadi pada Bignoniaceae.
Setelah silinder kambium biasa terbentuk pada akhir pertumbuhan primer, empat
bidang kambium berhenti menghasilkan xylem, tetapi terus melepaskan turunannya
ke sisi floem. Jadi, ada dua jenis kambium, yaitu:
1. Dipleuris, yang menunjukkan
keaktifan ke dua arah
2. Monopleuris, yang keaktifannya hanya
satu arah
Dari pertumbuhan yang menyimpang ini terbentuklah floem yang
tertanan dalam xylem. Setiap panel floem yang tertanam dalam xylem mempunyai
kambium yang hanya mengahsilkan floem ke arah luar saja. Diantara xylem dan
floem tepi terdapat kambium yang menghasilkan xylem ke arah dalam dan floem ke
arah luar.
Aralia cordeta, yang mempunyai berkas penangkut bikolateral, juga
mengalami pertumbuhan menyimpang, berkas pengangkut bikolateral biasanya
terdiri atas xylem di bagian tengah dan floem di sebelah luar dan dalam. Pada Aralia
terjadi sebaliknya, yaitu floem terdapat di tengah, dan xylem terdapat di
sebelah luar dan dalam.
2.2.6
Batang
Monocotyledonae
Pada batang monokotil, tidak terjadi
pertumbuhan sekunder dan berkas pengangkutnya mempunyai selubung sklerenkim. Pada
umumnya, monokotil tidak mempunyai pertumbuhan sekunder dari kambium pembuluh,
tetapi batangnya dapat berkembang menjadi tebal. Misalnya pada Palmae.
Penebalan ini berasal dari pembelahan dan pembesaran sel parenkim dasar.
Pertumbuhan ini disebut pertumbuhan sekunder menyebar (diffuse).
Namun ada juga tumbuhan monokotil
yang mempunyai kambium sehingga mengalami pertumbuhan sekunder, yaitu pada
Liliflorae berkayu (Agave, Aloe, Cordyline, Draceaena, Sansevieria, dan
Yucca). Kambium berasal dari parenkim yang terdapat di luar berkas pengangkut
primer, yang menghasilkan berkas pengangkut sekunder dan parenkim ke arah
dalam, serta sejumlah kecil parenkim ke arah luar. Perkembangan berkas
pengangkut berasal dari sel turunan kambium yang membelah memanjang, kemudian
sel yang dihasilkan membelah memanjang lagi dua atau tiga kali. Hasil
pembelahan ini berdiferensiasi menjadi unsur pembuluh dan bergabung dengan sel
sklerenkim. Sel yang berderet tegak bergabung membentuk berkas pengangkut.
Berkas pengangkut sekunder mungkin kolateral atau amfivasal.
2.3 Fungsi
Batang
Menurut
Apriliawati (2009:21), adapun fungsi batang bagi tumbuhan yaitu:
1. Penghubung
dalam pengangkutan air dan unsur hara dari akar menuju daun dan pengangkutan hasil
fotosintesis dari daun keseluruh tubuh.
2. Tempat
tumbuhnya daun dan organ-organ generatif seperti bunga dan buah.
3. Memperluas
tajuk tumbuhan untuk efisiensi penangkapan cahaya matahari.
4. Efisiensi
penyerbukan dan membantu pemencaran benih.
5. Sebagai
tempat penyimpanan makanan cadangan.
2.4 Jaringan
Penyusun pada Batang
Menurut Hidayat
(1995:156), pada ada dasarnya batang memiliki lapisan-lapisan jaringan yang
sama dengan akar , hanya saja tidak terdapat lapisan endodermis pada batang.
Pada penampang lintang batang, akan tampak tiga bagian utama yaitu epidermis,
korteks, dan silinder pusat (stele).
2.4.1 Epidermis
Epidermis tersusun atas
lapisan sel yang rapat tanpa ruang antarsel. Jaringan ini biasanya terdiri atas
satu lapisan sel yang memiliki mulut daun (stomata) dan rambut (trikoma).sel
epidermis adalah sel hidup dan mampu bermitosis. Setelah dewasa, fungsi epidermis
digantikan oleh jaringan gabus. Kambium gabus memiliki sel yang mengalami
penebalan gabus untuk mencegah penguapan air dari batang dan masuknya gas
kedalam sel. Kambium gabus dapat membentuk lentisel yang berperan dalam
pertukaran gas.
Hal ini penting dalam
upaya memperluas permukaan apabila terjadi tekanan dari dalam akibat
pertumbuhan sekunder. Respons sel epidermis terhadap tekanan itu adalah dengan
melebar tangensial dan membelah antiklinal. Beer (2004:12) mengemukakan bahwa
didalam epidermis yang menyerupai kulit terdapat daerah berwarna hijau yang
disebut dengan korteks. Disinilah tempat berlngsungnya fotosintesis.
2.4.2 Korteks
Korteks adalah kawasan
diantara epidermis dan sel silinder pembuluh paling luar. Korteks batang
terdiri atas jaringan parenkim dan jaringan penyokong (slerenkim dan kolenkim).
Susunan sel-sel parenkim tidak beraturan sehingga banyak terdapat ruang
antarsel. Sel-sel parenkim berdinding tipis dan pada saat batang masih muda,
terdapat vakuola yang berisi makanan
cadangan berupa amilum. Batas antara korteks dan daerah jaringan pembuluh
sering tak jelas karena tidak ada endodermis.
Menurut Tjitrosomo
(1983:93), bagian terluar korteks ranting dan batang herba sering kali teriri
dari klorenkima yang memberikan warna hijau pada batang. Alapisan gabus yang
ada dalam tumbuhan berkayu maupun tumbuhan herba, efektif dalam mengurangi
kehilangan air dari jaringan-jaringan bagian dalam. Lapisan gabus ini
dihasilkan oleh aktivitas kambium gabus. Disisi luar batang muda terdapat
lapisan epidermis yang biasanya hanya terdiri dari satu lapisan sel.
2.4.3 Silinder Pusat
Didalam silinder pusat,
terdapat jaringan perisikel, empulur, dan pembuluh angkut. Perisikel merupakan
bagian terluar dari silinder pusat yang bersifat meristematis. Empulur merupakan
bagian terdalam dari silinder pusat. Empulur tersusun oleh jaringan parenkim.
Jaringan pembuluh angkut tersusun atas xilem dan floem.
Dalam Tjitrosomo
(1983:92), jaringan empulur sebagian besar terdiri dari sel-sel parenkim. Pada
ranting, cabang berkayu muda, dan batang bawah tanah perenial herba, jaringan
ini menyimpan banyak sekali makanan.
2.4.4 Sistem Jaringan Pembuluh
Menurut Hidayat
(1995:158), sistem jaringan pembuluh primer (sistem jaringan pembuluh yang
terdapat dalam tumbuhan yang belum menghasilkan kambium pembuluh. Jadi
keadaannya primer)terdiri dari sejumlah berkas pembuluh yang berbeda-beda
ukurannya. Posisi xilem dan floem dalam berkas atu juga disebut ikatan
pembuluh:
1. Ikatan
pembuluh kolateral, yaitu floem bertempat di sebelah luar xilem. Macam ikatan
pembuluh ini paling sering ditemukan.
2. Ikatan
pembuluh bilokateral, seperti kolateral, namun terdapat floem disebelah dalam
xilem sehingga ada floem eksternal dal floem internal. Ikatan pembuluh seperti
ini ditemukan pada beberapa familia seperti Cucurbitaceae dan Solanaceae.
3. Ikatan
pembuluh konsentris, amfikribral, yaitu floem mengelilingi xilem (amfikribral).
Ikatan pembuluh amfikribal sering terdapat pada paku dan juga terdapat sebagai
ikatan pembuluh kecil pada bunga, buah, dan biji angiospermae.
4. Ikatan
pembuluh konsentris, amfivasal, yaitu xilem megelilingi floem, ditemukan pada
beberapa dikotil seperti pada ikatan pembuluh medula pada begonia dan pada
monokotil seperti Liliaceae.
5. Ikatan
pembuluh radial, yaitu pada akar, letak berkas xilem bergantian dan
berdampingan dengan berkas floem. Susunan seperti itu disebut susunan radial.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting
yang berada di atas permukaan tanah, yang umumnya memiliki
ciri-ciri mempunyai buku dan ruas tersusun atas lapisan-lapisan jaringan yang
sama dengan akar, yaitu Epidermis, Korteks, dan Silinder pusat (Stele) serta
salah satu fungsinya yakni sebagai penghubung dalam pengangkutan air dan unsur
hara dari akar menuju daun dan pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh tubuh. Adapun tipe batang yaitu batang conifer, batang dikotil berkayu,
batang dikotil tidak berkayu, batang dikotil merambat, batang dikotil dengan
pertumbuhan sekunder yang menyimpang, batang monocotiledonae.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan
diatas, adapun saran yang dapat disampaikan yaitu pembaca hendaknya lebih
mempelajari dan memahami struktur dan fungsi jaringan tumbuhan, khususnya
hal-hal yang dianggap mudah namun kenyataannya sangat sulit untuk di pahami
seperti batang, sehingga dapat menambah pengetahuan pembaca serta penulis
tentang jaringan tumbuhan khususnya pada batang.
Daftar Pustaka
Apriliawati, Anis dan
Yohanes Agustono. 2009. Ensiklopedia Sains dan Teknologi. Jakarta: PT
Lentera Abadi.
Beer, Amy Jane, dkk.
2004. Tumbuhan. Bandung: Pakar Raya.
Hidayat, Estiti B.
1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi
Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Tjitrosomo, Siti
Sutarmi, dkk. 1983. Botani Umum 1. Bandung: Angkasa.
Tjitrosoepomo, Gembong.
2013. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar