Jumat, 05 April 2019

BOTANI MORFOLOGI DAN ANATOMI BATANG TUMBUHAN



BOTANI
MORFOLOGI DAN ANATOMI BATANG TUMBUHAN




Disusun Oleh:
Dinda Cahaya Ningtyas       (1512220004)
Lia Rozalina                          (1512220010)
Bella Roshiaini                       (1522220028)


Dosen Pembimbing:
Riri Novita, S.Si, M.Pd.I


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting bagi tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah. Mengingat tempat dan kedudukannya bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Tumbuhan biji belah (dicotyledoneae) pada umumnya mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin mengecil, jadi batangnya dapat dipandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang, yang dapat mempunyai percabangan atau tidak. Tumbuhan biji tunggal (monocotyledoneae) sebaliknya mempunyai batang yang dari pangkal sampai ke ujung boleh dikata tak ada perbedaan besarnya. Hanya pada beberapa golongan saja yang pangkalnya tampak membesar, tetapi selanjutnya ke atas tetap sama, seperti terlihat pada bermacam-macam palma (palmae).
Batang yang bentuknya berubah disebut batang yang telah mengalani modifikasi. Batang dapat terspesialisasi serta termodifikasi bentuknya untuk keperluan tugas khusus seperti menimbun cadangan makanan dan untuk fotosintesis. Pada batang, buku adalah tempat melekatnya daun pada batang, dan batang diantara 2 daun berurutan disebut ruas. Kuncup yang terletak pada ujung batang disebut kuncup terminal. Bersama kuncup aksilar, kuncup terminal akan menentukan bentuk dari percabangan.
Batang memiliki ciri-ciri mempunyai buku dan ruas, umumnya terletak diatas tanah. Batang merupakan bagian kedua dari tumbuhan setelah akar. Batang bersatu dengan akar melanjutkan sari makanan yang dibawa oleh akar melalui jaringan pengangkut. Pada beberapa jenis tumbuhan, batang berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan, misalnya pada ubi jalar dan kentang. Batang pada umumnya berada di atas permukaan tanah. Ada tiga jenis batang tumbuhan yang terdapat di sekitar, yaitu batang berkayu, batang berair (batang basah) dan batang rumput (berongga). Mengingat tempat dan kedudukannya bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya pada batang terdapat bermacam-macam jaringan tetapi pada dasarnya batang memiliki lapisan-lapisan jaringan yang sama dengan akar, yaitu Epidermis, Korteks, dan Silinder pusat (Stele).

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,  rumusan masalah ini sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan batang?
2.    Bagaimana struktur dan jenis batang pada tumbuhan?
3.    Apa saja fungsi batang pada tumbuhan?
4.    Apa saja jaringan penyusun batang?

1.3    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas,  adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui lebih lanjut tentang batang tumbuhan
2.    Untuk mengetahui berbagai macam struktur dan jenis batang
3.    Untuk mengetahui fungsi batang
4.    Untuk mengetahui jaringan penyusun batang













BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Struktur Batang
Dalam Tjitrosomo (1983:91) ia mengemukakan bahwa, batang adalah bagian kedua dari tumbuhan setelah akar. Batang bersatu dengan akar melanjutkan sari makanan yang dibawa oleh akar melalui jaringan pengangkut. Pada beberapa jenis tumbuhan, batang berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan, misalnya pada ubi jalar dan kentang. Batang pada umumnya berada di atas permukaan tanah. Ada tiga jenis batang tumbuhan yang terdapat di sekitar, yaitu batang berkayu, batang berair (batang basah) dan batang rumput (berongga). Sama halnya dengan akar, pada ujung batang terdapat pula titik tumbuh. Titik tumbuh batang pada umumnya tidak mempunyai pelindung yang khusus, tetapi balutan bakal daunnya berfungsi sebagai pelindung.
2.1.1  Arah Tumbuh Batang
Dalam Tjitrosoepomo (2013:79), batang pada umunya tumbuh kearah cahaya, meninggalkan air dan tanah, tetapi mengenai arahnya dapat memperlihatkan variasi dan dengan siftanya ini dibedakan batang yang tumbuhnya:
1.    Tegak lurus (erectus), yaitu jika arahnya lurus keatas. Misalnya pepaya (Carica L.).
2.    Menggantung (dependent), ini tentu saja hanya mungkin untuk tumbuh-utmbuhan yang tumbuhnya dilereng atau tepi jurang, misalnya Zebrina pendula Schnitzl., atau tumbuhan yang hidup diatas pohon sebagai epifit, misalnya jenis anggrek (Orchidaceae) tertentu.
3.    Berbaring (humifusus), jika batang ini terletak dipermukaan tanah, hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok keatas, misalnya pada semangka (Citrullus culgaris Schrad.)
4.    Menjalar atau merayap (respens), batang berbaring, tetapi dari buku-bukunya keluar akar-akar, misalnya batang ubi jalar (Ipomoea batatas Poir)
5.    Serong keatas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lau membelok keatas, misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
6.    Mengangguk (nutans), batang tumbuh tegak lurus keatas, tetapi ujungnya lalu membengkok kembali kebawah, misalnya pada bunga matahari (Helianthus annuus L.)
7.    Memanjat (scandens) yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati ataupun tunbuhan lain, dan pada waktu naik keatas batang menggunakan alat-alat khusus untuk ‘berpegangan’ pada penunjangnya ini, misalnya dengan:
a.    akar pelekat, contohnya sirih (Piper betle L.)
b.    akar pembelit, misalnya vanili (Vanilla planifolia Andr.)
c.    cabang pembelit (sulur dahan), misalnya anggur (Vitis vinifera L.)
d.   daun pembelit atau sulur daun, misalnya kembang sungsang (Gloriosa superba L.)
e.    tangkai pembelit, misalnya pada kapri (Pisum sativum L.)
f.     duri, misalnya pada mawar (Rosa sp.), bugenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.)
g.    duri daun, misalnya rotan (Calamus caesius Bl.)
2.1.2  Percabangan pada Batang
Dalam Tjitrosoepomo (2013:83), batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak, yang tidak bercabang kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), misalnya jagung (Zea mays L.). Umumnya batang memprlihatkan percabgan, baik banyak maupun sedikit. Cara percabangan ada bermacam, biasanya dibedakan tiga macam cara percabangan, yaitu:
1.    Monopodial, yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang daripada cabang-cabangnya, misalnya pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.)
2.    Simpodial, buatan pokok luar sukar ditentukan, karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya, misalnya pada sawo manila (Achras zapota L.)
3.    Menggarpu atau dikotom, yaitu cara percabangan yang batang setiap kali menjadi dua cabang yang sama besarnya, misalnya paku andam (Gleichenia linearis Clarke).
Dalam Tjitrosoepomo (2013:84) cabang yang besar yang biasanya langsung keluar dari batang pokok lazimnya disebut dahan (ramus) sedangkan cabang yang kecil dinamakan ranting (ramulus). Cabang-cabang pada suatu tumbuhan dapat bermacam-macam sifatnya, oleh sebab itu cabang dapat dibedakan seperti di bawah ini:
1.    Geragih (flagellum, stolo), yaitu cabang-cabang kecil yang panjang yang tumbuh merayap, dan daru buku-bukunya keatas keluar tunas baru dan kebawah tumbuh akar-akar. Cabang yang demikian ini dibedakan seperti dibawah ini:
a.    merayap diatas tanah, misalnya pada daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.) dan arbe (Fragraria vesca L.)
b.    merayap didalam tanah, misalnya teki (Cyperus rotundus L.), kentang (Solanum tuberosum L.)
2.    Wiwilan atau tunas air (virga singularis), yaitu cabang yang biasanya tumbuh cepat dengan ruas-ruas yang panjang, dan seringkali berasal dari kuncup yang tidur atau kuncup-kuncup liar. Seringkali pada kopi (Coffea sp.) dan pohon coklat (Theobroma cacao L.)
3.    Sirung panjang (virga), yaitu cabang-cabang yang biasanya merupakan pendukung daun-daun dan mempunyai ruas-ruas yang cukup panjang. Pada cabang-cabang demikian ini tidak pernah dihasilkan bunga, oleh sebab itu sering disebut cabang yang mandul (steril).
4.    Sirung pendek (virgula atau virgula sucrescens), yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek yang selai daun biasanya merupakan pendukung bunga dan buah. Cabang yang dapat menghasilakn alat perkembangbiakan bagi tumbhan ini disebut pula cabang yang subur (fertil).

2.2  Tipe Batang
Menurut Mulyani (2006:229), struktur batang primer berbeda dengan struktur batang sekunder sehingga sering kali digunakan untuk membedakan tipe batang. Biasanya tipe batang dibedakan atas batang conifer, dikotil berkayu, dikotil tidak berkayu (perdu), dikotil merambat, dikotil dengan pertumbuhan menyimpang, dan monokotil.
2.2.1   Batang Conifer
Contoh batang Conifer adalah Pinus. Batang Pinus mempunyai tipe berkas pengangkut konsentris amfikribral. Pada floem primer tidak  terbentuk serabut pada bagian tepi dan tidak ditemukan adanya endodermis. Selama pertumbuhan sekunder, batas luar dari floem dapat dikenali dengan adanya jari-jari empulur. Terkadang, sel di luar floem berisi tannin. Sejak pertumbuhan awal, batang mengandung pembuluh resin pada korteks. Apabila batangnya membesar, pembuluh resin juga menjadi lebih luas.
2.2.2  Batang Dikotil Berkayu
Pada kebanyakan Dikotil yang berbentuk pohon, daerah antar pembuluhnya sempit, misalnya pada Salix, Prunus, dan Quercus, dan sangat sempit pada Tilia. Pada spesies-spesies tersebut, jaringan sekunder membentuk silinder yang membentang terus, tidak diputus oleh jari-jari empulur.
Dibawah epidermis terdapat selapis sel parenkim yang kemudian menjadi beberapa lapisan kolenkim. Bagian korteks yang lain terdiri atas sel parenkim yang berisi klorofil. Endodermis yang berisi tepung disebut floeoterma atau selubung tepung.
Empulur terdiri atas sel parenkim yang berisi getah (sel getah) yang juga terdapat pada bagian korteks. Pada batang yang sudah tua, empulur terdiri atas sel berdinding tebal dan berwarna lebih yang mengandung tepung. Pada floem sekunder banyak dibentuk serabut yang terdiri atas pembuluh pengangkut dan sel parenkim.
2.2.3  Batang Dikotil Tidak Berkayu (Herbaceus = Menerna)
Pada batang muda terdapat epidermis dan masih terdapat pada awal pertumbuhan sekunder. Pada batang tua akan terbentuk periderm dengan lentisel. Satu atau dua lapisan korteks di bawah epidermis berisi kloroplas. Lapisan ini diikuti oleh dua atau tiga lapisan kolenkim, dan parenkim dengan sel getah. Floem primer berisi serabut dekat dengan korteks (serabut protofloem). Didalam floem sekunder juga terdapat serabut, tetapi tidak pada metafloem. Cambium pembuluh memisahkan floem dengan xylem sekunder dengan  membentuk silinder yang pada. Empulur terdiri atas sel parenkim yang berisi sel getah. Tepung dan Kristal sering terdapat dalam empulur maupun korteks.


2.2.4  Batang Dikotil Merambat
            Para Aristolochia, jaringan pembuluh primer tersusun kolateral. Jaringan primer terdiri atas epidermis, korteks yang terdiri atas parenkim dan kolenkim yang mengandung klorofil, dan silinder pusat (stele) yang terdiri atas serabut yang banyak mengandung tepung.
Sel yang dibentuk pada akhir masa pertumbuhan relatif lebih kecil. Floem sekunder tidak berserabut. Apabila diameter batang membesar, setiap berkas pengangkut juga  membesar ke arah luar atau ke arah tepi. Pada beberapa spesies, beberapa sel parenkim berubah menjadi sel batu. Periderm membentuk sel kolenkim di bawah epidermis.
Cucurbita mempunyai berkas pangangkut bikolateral. Epidermis uniseriate dan dibawahnya terdapat kolenkim dan klorenkim. Klorenkim terdapat di bawah epidermis yang mempunyai stomata. Endodermis mengandung tepung. Ciri khas batang Dikotil merambat adalah terdapatnya sklerenkim diluar berkas pengangkut.
2.2.5  Batang Dikotil dengan Pertumbuhan Sekunder yang Menyimpang
Pertumbuhan sekunder yang menyimpang digunakan untuk menunjukkan bentuk keaktifan kambium yang menyimpang dari kebiasaan, yang ditemukan pada Conifer dan tumbuhan dikotil berkayu dari daerah beriklim sedang. Pada beberapa tumbuhan dengan pertumbuhan menyimpang, kambium pembuluh terdapat pada kedudukan normal. Namun, tubuh sekunder menunjukkan penyebarang xylem dan floem yang tidak biasa. Pada Leptadenia, Strychnos, dan Thunbergia, floem dibentuk tidak hanya ke arah luar, tetapi juga ke arah dalam sehingga floem sekunder terdapat di dalam xylem sekunder.
Pada Amaranthaceae, Chenopodiaceae, Menispermaceae, dan Nygtaginaceae, serangkaian cambium pembuluh tersusun dari bagian pusat batang ke arah luar. Masing-masing kambium menghasilkan xylem kearah dalam dan floem kearah luar sehingga terjadi lapisan yang terdiri atas xylem, kambium, dan floem. Pada batang Bougaienvillea spectobilis, xylem dan floem membentuk untaian yang tertanan dalam jaringan parenkim, yang disebut jaringan konjungtif. Jaringan ini merupakan hasil keaktifan kambium di antara berkas pengangkut yang mirip dengan keaktifan kambium antar pembuluh, tetapi masa keaktifannya terbatas. Bougainvillea spectibilis mempunyai kambium yang tidak normal.
Pertumbuhan menyimpang yang lain juga terjadi pada Bignoniaceae. Setelah silinder kambium biasa terbentuk pada akhir pertumbuhan primer, empat bidang kambium berhenti menghasilkan xylem, tetapi terus melepaskan turunannya ke sisi floem. Jadi, ada dua jenis kambium, yaitu:
1.    Dipleuris, yang menunjukkan keaktifan ke dua arah
2.    Monopleuris, yang keaktifannya hanya satu arah
Dari pertumbuhan yang menyimpang ini terbentuklah floem yang tertanan dalam xylem. Setiap panel floem yang tertanam dalam xylem mempunyai kambium yang hanya mengahsilkan floem ke arah luar saja. Diantara xylem dan floem tepi terdapat kambium yang menghasilkan xylem ke arah dalam dan floem ke arah luar.
Aralia cordeta, yang mempunyai berkas penangkut bikolateral, juga mengalami pertumbuhan menyimpang, berkas pengangkut bikolateral biasanya terdiri atas xylem di bagian tengah dan floem di sebelah luar dan dalam. Pada Aralia terjadi sebaliknya, yaitu floem terdapat di tengah, dan xylem terdapat di sebelah luar dan dalam.
2.2.6   Batang Monocotyledonae
Pada batang monokotil, tidak terjadi pertumbuhan sekunder dan berkas pengangkutnya mempunyai selubung sklerenkim. Pada umumnya, monokotil tidak mempunyai pertumbuhan sekunder dari kambium pembuluh, tetapi batangnya dapat berkembang menjadi tebal. Misalnya pada Palmae. Penebalan ini berasal dari pembelahan dan pembesaran sel parenkim dasar. Pertumbuhan ini disebut pertumbuhan sekunder menyebar (diffuse).
Namun ada juga tumbuhan monokotil yang mempunyai kambium sehingga mengalami pertumbuhan sekunder, yaitu pada Liliflorae berkayu (Agave, Aloe, Cordyline, Draceaena, Sansevieria, dan Yucca). Kambium berasal dari parenkim yang terdapat di luar berkas pengangkut primer, yang menghasilkan berkas pengangkut sekunder dan parenkim ke arah dalam, serta sejumlah kecil parenkim ke arah luar. Perkembangan berkas pengangkut berasal dari sel turunan kambium yang membelah memanjang, kemudian sel yang dihasilkan membelah memanjang lagi dua atau tiga kali. Hasil pembelahan ini berdiferensiasi menjadi unsur pembuluh dan bergabung dengan sel sklerenkim. Sel yang berderet tegak bergabung membentuk berkas pengangkut. Berkas pengangkut sekunder mungkin kolateral atau amfivasal.

2.3    Fungsi Batang
Menurut Apriliawati (2009:21), adapun fungsi batang bagi tumbuhan yaitu:
1.    Penghubung dalam pengangkutan air dan unsur hara dari akar menuju daun dan pengangkutan hasil fotosintesis dari daun keseluruh tubuh.
2.    Tempat tumbuhnya daun dan organ-organ generatif seperti bunga dan buah.
3.    Memperluas tajuk tumbuhan untuk efisiensi penangkapan cahaya matahari.
4.    Efisiensi penyerbukan dan membantu pemencaran benih.
5.    Sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan.

2.4    Jaringan Penyusun pada Batang
Menurut Hidayat (1995:156), pada ada dasarnya batang memiliki lapisan-lapisan jaringan yang sama dengan akar , hanya saja tidak terdapat lapisan endodermis pada batang. Pada penampang lintang batang, akan tampak tiga bagian utama yaitu epidermis, korteks, dan silinder pusat (stele).
2.4.1  Epidermis
Epidermis tersusun atas lapisan sel yang rapat tanpa ruang antarsel. Jaringan ini biasanya terdiri atas satu lapisan sel yang memiliki mulut daun (stomata) dan rambut (trikoma).sel epidermis adalah sel hidup dan mampu bermitosis. Setelah dewasa, fungsi epidermis digantikan oleh jaringan gabus. Kambium gabus memiliki sel yang mengalami penebalan gabus untuk mencegah penguapan air dari batang dan masuknya gas kedalam sel. Kambium gabus dapat membentuk lentisel yang berperan dalam pertukaran gas.
Hal ini penting dalam upaya memperluas permukaan apabila terjadi tekanan dari dalam akibat pertumbuhan sekunder. Respons sel epidermis terhadap tekanan itu adalah dengan melebar tangensial dan membelah antiklinal. Beer (2004:12) mengemukakan bahwa didalam epidermis yang menyerupai kulit terdapat daerah berwarna hijau yang disebut dengan korteks. Disinilah tempat berlngsungnya fotosintesis.
2.4.2  Korteks
Korteks adalah kawasan diantara epidermis dan sel silinder pembuluh paling luar. Korteks batang terdiri atas jaringan parenkim dan jaringan penyokong (slerenkim dan kolenkim). Susunan sel-sel parenkim tidak beraturan sehingga banyak terdapat ruang antarsel. Sel-sel parenkim berdinding tipis dan pada saat batang masih muda, terdapat vakuola yang berisi  makanan cadangan berupa amilum. Batas antara korteks dan daerah jaringan pembuluh sering tak jelas karena tidak ada endodermis.
Menurut Tjitrosomo (1983:93), bagian terluar korteks ranting dan batang herba sering kali teriri dari klorenkima yang memberikan warna hijau pada batang. Alapisan gabus yang ada dalam tumbuhan berkayu maupun tumbuhan herba, efektif dalam mengurangi kehilangan air dari jaringan-jaringan bagian dalam. Lapisan gabus ini dihasilkan oleh aktivitas kambium gabus. Disisi luar batang muda terdapat lapisan epidermis yang biasanya hanya terdiri dari satu lapisan sel.
2.4.3  Silinder Pusat
Didalam silinder pusat, terdapat jaringan perisikel, empulur, dan pembuluh angkut. Perisikel merupakan bagian terluar dari silinder pusat yang bersifat meristematis. Empulur merupakan bagian terdalam dari silinder pusat. Empulur tersusun oleh jaringan parenkim. Jaringan pembuluh angkut tersusun atas xilem dan floem.
Dalam Tjitrosomo (1983:92), jaringan empulur sebagian besar terdiri dari sel-sel parenkim. Pada ranting, cabang berkayu muda, dan batang bawah tanah perenial herba, jaringan ini menyimpan banyak sekali makanan.
2.4.4  Sistem Jaringan Pembuluh
Menurut Hidayat (1995:158), sistem jaringan pembuluh primer (sistem jaringan pembuluh yang terdapat dalam tumbuhan yang belum menghasilkan kambium pembuluh. Jadi keadaannya primer)terdiri dari sejumlah berkas pembuluh yang berbeda-beda ukurannya. Posisi xilem dan floem dalam berkas atu juga disebut ikatan pembuluh:
1.    Ikatan pembuluh kolateral, yaitu floem bertempat di sebelah luar xilem. Macam ikatan pembuluh ini paling sering ditemukan.
2.    Ikatan pembuluh bilokateral, seperti kolateral, namun terdapat floem disebelah dalam xilem sehingga ada floem eksternal dal floem internal. Ikatan pembuluh seperti ini ditemukan pada beberapa familia seperti Cucurbitaceae dan Solanaceae.
3.    Ikatan pembuluh konsentris, amfikribral, yaitu floem mengelilingi xilem (amfikribral). Ikatan pembuluh amfikribal sering terdapat pada paku dan juga terdapat sebagai ikatan pembuluh kecil pada bunga, buah, dan biji angiospermae.
4.    Ikatan pembuluh konsentris, amfivasal, yaitu xilem megelilingi floem, ditemukan pada beberapa dikotil seperti pada ikatan pembuluh medula pada begonia dan pada monokotil seperti Liliaceae.
5.    Ikatan pembuluh radial, yaitu pada akar, letak berkas xilem bergantian dan berdampingan dengan berkas floem. Susunan seperti itu disebut susunan radial.





BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting yang berada di atas permukaan tanah, yang umumnya memiliki ciri-ciri mempunyai buku dan ruas tersusun atas lapisan-lapisan jaringan yang sama dengan akar, yaitu Epidermis, Korteks, dan Silinder pusat (Stele) serta salah satu fungsinya yakni sebagai penghubung dalam pengangkutan air dan unsur hara dari akar menuju daun dan pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh. Adapun tipe batang yaitu batang conifer, batang dikotil berkayu, batang dikotil tidak berkayu, batang dikotil merambat, batang dikotil dengan pertumbuhan sekunder yang menyimpang, batang monocotiledonae.

3.2    Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran yang dapat disampaikan yaitu pembaca hendaknya lebih mempelajari dan memahami struktur dan fungsi jaringan tumbuhan, khususnya hal-hal yang dianggap mudah namun kenyataannya sangat sulit untuk di pahami seperti batang, sehingga dapat menambah pengetahuan pembaca serta penulis tentang jaringan tumbuhan khususnya pada batang.











Daftar Pustaka

Apriliawati, Anis dan Yohanes Agustono. 2009. Ensiklopedia Sains dan Teknologi. Jakarta: PT Lentera Abadi.
Beer, Amy Jane, dkk. 2004. Tumbuhan. Bandung: Pakar Raya.
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi, dkk. 1983. Botani Umum 1. Bandung: Angkasa.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2013. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar